Langsung ke konten utama

Palu Bangkit : Lingkaran

"Don't judge the book by its cover."

Sudah lebih dari seminggu pasca tsunami dan gempa yang melanda kota Palu. Meskipun sudah kembali ke kampung halaman dan berada di luar kota Palu, saya masih tetap memantau kota rantauanku itu dari media dan teman-teman yang masih ada disana. Terutama terkait berita-berita yang beredar di sosial media. Kadang saya mencari tahu kebenaran suatu isu dari teman-teman disana apabila saya menemukan hal-hal yang memang wajib dicari tahu kebenarannya agar tak termakan hoax.

"Benar nda disana ada kayak gini? Trus disana katanya begini? Eh saya dapat di grup sebelah seperti ini, emang benar dilapangan seperti itu?"

Kadang jawabannya ada yang fakta, tapi banyak juga yang hoax. Namun yang menarik dari postingan-postingan yang beredar terutama di grup whatsap dan facebook adalah postingan yang menunjukkan, bahwa kota Palu itu bad. Dengan kasus penjarahnnya, keserakahannya, hingga menyangkut pem-plot-plotan wilayah A,B, C yang penuh dengan kemaksiatan. Benar memang hal tersebut perlu diangkat agar dapat menjadi pelajaran. Namun sayangnya, tak diimbangi dengan hal positif yang dimiliki kota Palu itu sendiri. Memang ada banyak yang perlu diperbaiki, tapi bukan berarti kita hanya sibuk mengkritisi secara mendramatisir tanpa melihat dua belah sisi. Akibatnya, berita yang beredar hanya citra negatif yang membuat orang-orang memiliki asumsi yang buruk untuk kota perbukitan itu. Terutama ketakutan untuk kembali kesana.

Ayolah. Ada banyak hal yang bisa kita angkat. Saya sebagai anak rantau yang sudah berada di kota Palu selama 4 tahun mengalami banya proses dan perubahan menjadi pribadi yang lebih baik disana. Dan saya yakin pun ada banyak orang di luaran sana, juga memiliki kenangan manis di kota Palu.

Salah satu contoh kenangan yang membuat saya banyak bertumbuh disana adalah "Lingkaran." Ada banyak lingkaran disana. Lingkaran orang-orang baik. Lingkaran orang-orang positif. Lingkaran para penggagas ide dan pelahir karya. Lingkaran orang-orang hijrah. Lingkaran para penuntut ilmu. Dan masih banyak lagi lingkaran-lingkaran lain yang cukup banyak membuat kita bertumbuh menjadi lebih baik. Kita bisa menemukannya dibanyak sisi kota Palu. Di Anjungan, Taman Ria, Lapangan Vatulemo, Pantai Talise, Kampus, Masjid, Mas Joko, Cafe, Tondo, Petobo, Perumnas. Kita bisa menemukan lingkaran-lingkaran itu dimana-mana. Bahkan, hingga saat ini pun, pasca bencana masih banyak lingkaran-lingkaran orang-orang yang sibuk memikirkan orang lain akan makan apa dan tinggal dimana.

Jadi point yang ingin saya sampaikan adalah jangan hanya melihat dari luar, bahwa Palu sekarang adalah kota mati setelah dilanda bencana. Tapi lihatlah proses sebelum itu. Kita tidak bisa memungkiri, bahwa dari kota itu Allah subahanahu wata'ala memberi kita rezeki, memberi ilmu, memberi perubahan, memberi teman baik, memberi keluarga baru dan memberi kebahagiaan. Lantas, setelah kenangan itu hanya ada komentar buruk saat duka melanda kota ini? Semoga kita bisa saling introveksi diri atas teguran Sang Kuasa dan menambah syukur pada-Nya.

Bagiku Palu dari dulu hingga kedepannya adalah kota dimana Allah  mebuatku bisa keluar dari zona nyaman dan menjemput satu per satu impianku. Dari kota ini saya belajar berani dan tak jadi pemalu untuk baik, menggagas ide, berprestasi dan melahirkan karya. Ada banyak hal baik di kota ini. Saya adalah satu dari sekian banyak orang yang merasakannya. Kedepannya, setelah duka ini, in syaa Allah, Palu akan menjadi kota yang lebih baik lagi. Melahirkan lebih banyak lingkaran baik dan bermanfaat untuk Agama,Nusa,Bangsa dan Negara. Amiin Allahumma Amiin 😇



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenapa Memilih Menjadi Dosen dan Bagaimana Proses Persiapannya?

Tulisan ini kudedikasikan untuk diriku sendiri sebagai pengingat akan niat dan tujuan mengapa memilih karir ini. Dan selebihnya, semoga ada manfaat yang bisa diperoleh pembaca dalam proses perjalanannya. *** Pic: Buku yang digunakan sebagai bahan ajar “Kenapa ingin jadi dosen?” tanya seorang interviewer saat saya sedang mengikuti wawancara CPSN.  Saya pun mencoba menjawab pertanyaan ini “Pertama, pilihan karir dosen menjadi wadah saya untuk bisa bermanfaat tidak hanya melalui pengajaran, namun juga menyebarluaskannya melalui tulisan/publikasi, dan mengaplikasikannya dengan pengabdian kepada masyarakat. Dan semoga bisa menjadi amalan saya juga ketika sudah tidak ada di dunia, melalui ilmu yang bermanfaat sebagai amal jariah yang tidak terputus. Kedua, saya merasa punya tanggung jawab setelah mendapat privilege untuk bisa sekolah tinggi, melalui beasiswa pula sejak S1 hingga S2, dimana masih banyak orang lain yang tidak bisa mengenyam kesempatan ini, yang mungkin bahkan saya pikir m...

Setelah penjelajahan ini, Akhirnya…

Saat sedang membaca novel Tere Liye, berjudul 'Tentang Kamu', tiba-tiba hpku bergetar. Sebuah notiviasi pesan masuk. Kusapu layar handphone untuk melihatnya. Tanganku tiba-tiba gemetar. Tak berpikir panjang, kubuka sebuah situs di google. Berkali-kali ku coba, tak kunjung bisa masuk.  Jantungku semakin berdegup kenjang. Ditambah jari-jariku yang terus gemetar. Kucoba membuka situs tersebut dengan aplikasi lain. Dan akhirnya, TERBUKA. Ku klik status dalam link tersebut. Aku menutup mulut, tanganku masih gemetar. Aku masih belum menyangka. Kutelpon seorang teman yang lebih paham masalah ini. “Halo ka?” tanyaku “Ya?” jawabnya dari balik telepon “Hari ini pengumuman. Kalau tulisannya lolos substansi itu artinya apa?” tanyaku dengan suara bergetar “Artinya kamu lolos!” jawabnya bahagia. Hari ini, 16 September 2019, akhirnya yang kuikhtiarkan sejak meminta izin pada Ibu Desember 2018 silam, menampakkan hasilnya. Hampir 10 bulan terlewati, 2 lebaran ku lalu...

Impian #1 : Perjalanan

Impian akan membawa kita terbang. Semakin kita percaya dengan impian itu, semakin kita tak menyangka bahwa ia telah membawa kita jauh dari sebelumnya. Ada begitu banyak hal yang akan terlewati dalam proses pencapaiannya. Sehingga rasa-rasanya, rugi jika tak diabadikan dalam aksara. Seperti kata Pramoedya Ananta Toer, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian .” Tulisan ini in syaa Allah akan berkelanjutan. Inspirasinya berawal dari pemikiran kebanyakan orang yang hanya melihat hasil pencapaian seseorang. Hingga lupa ada proses yang mengorbankan banyak tangis, rindu, waktu, dan berbagai ujian fisik, materi hingga batin. Ketika setiap penonton melihat proses itu, maka mereka tidak akan mudah (lagi) menilai dan berkomentar, “Dia beruntung”, “Dia punya fasilitas lengkap”, atau “Dia punya orang dalam.” Setiap orang menjalani prosesnya dari titik nol hingga ia menja...