Langsung ke konten utama

Setelah penjelajahan ini, Akhirnya…



Saat sedang membaca novel Tere Liye, berjudul 'Tentang Kamu', tiba-tiba hpku bergetar. Sebuah notiviasi pesan masuk. Kusapu layar handphone untuk melihatnya. Tanganku tiba-tiba gemetar. Tak berpikir panjang, kubuka sebuah situs di google. Berkali-kali ku coba, tak kunjung bisa masuk. 

Jantungku semakin berdegup kenjang. Ditambah jari-jariku yang terus gemetar. Kucoba membuka situs tersebut dengan aplikasi lain. Dan akhirnya, TERBUKA. Ku klik status dalam link tersebut. Aku menutup mulut, tanganku masih gemetar. Aku masih belum menyangka. Kutelpon seorang teman yang lebih paham masalah ini.

“Halo ka?” tanyaku
“Ya?” jawabnya dari balik telepon
“Hari ini pengumuman. Kalau tulisannya lolos substansi itu artinya apa?” tanyaku dengan suara bergetar
“Artinya kamu lolos!” jawabnya bahagia.

Hari ini, 16 September 2019, akhirnya yang kuikhtiarkan sejak meminta izin pada Ibu Desember 2018 silam, menampakkan hasilnya. Hampir 10 bulan terlewati, 2 lebaran ku lalui, 6 kota kutinggali, 3 jalur kugunakan, puluhan ribu kilometer jarak kusebrangi, untuk satu hal. Dan hal itu hanyalah sebuah ALAT. Alat yang kupilih tuk mendekatkanku pada satu VISI besar - Mendapat Ridho-Nya~

Dan aku sangat percaya, dari segala perjuangan fisik maupun batik, baik itu kerinduan, kesepian dan kesendirian, selama berada di perantauan dan hidup nomaden dengan segala hal yang harus dicukup-cukupkan, tidak akan ada apa-apanya, jika tak diberangi kekuatan doa ornag-orang baik yang ada di sekitarku.

Doa mama, keluarga, teman-teman, mas ojol, ibu kos, orang yang kutemui di Masjid, Pondok, Jalan, Kereta, dan dimanapun kaki ini singgah melangkah~ Doa merekalah yang membuat Allah memudahkan perjalananku.

Karena, jika menyimak kembali kenekatan kemarin, dengan modal uang yang hanya cukup untuk sebulan, namun bisa bertahan hingga hari ini di kampung orang, takkan pernah bisa tercerna dengan baik oleh logika. Melainkan pasti karena kehendak Sang Pencipta, melalui jalan yang tak pernah ku sangka-sangka - yang ia ridhoi melalui doa orang-orang baik itu.

Tiba-tiba ada yang mengirim uang buku, ketika besok tak tahu akan makan apa. Tiba-tiba ada yang menawarkan pekerjaan, ketika kutak tahu dari mana biaya untuk membayar tempat tinggal. Tiba-tiba ada yang mengirim daging, saat semua orang mudik lebaran. Tiba-tiba ada yang menunjukkan jalan, ketika aku takut dan kebingungan. Tiba-tiba ada yang membantu mengangkatkan barang, ketika aku kewalahan berpindah kota tujuan. Dan masih banyak kemudahan lain yang tak bisa kuuraikan satu per satu.

Jika dipikir-pikir, memang terlalu beresiko untuk diriku, seorang diri, menjelajah, dengan uang secukupnya, dan bekal pengetahuan seadanya. Tapi, jujur saja, aku lelah membentengi diri dengan espektasi tinggi akan resiko. Maka, kujalani saja dengan usaha terbaik, biar Dia dan semesta yang meredam segala resiko itu. Dan hari ini, Allah membawaku pada takdir ini~

Sebelum kenekatan ini, sudah ada kenekatan yang pernah kulakukan. Ketika ke Padang dengan modal uang di dompet 50 ribu rupiah dan utang kurang lebih 1,5 juta untuk berangkat (dan tanpa uang pulang tentunya). Modal yang kupunya saat itu dan hari ini sama saja. Hanya dua. Yakin pada Allah dan doa orang sekitar. 

Sekali lagi, aku selalu percaya, segigih apapun aku berusaha, Allah lah penentu dari lisan mana doa itu terkabul~

Terima kasih atas segala kebaikan-Mu Rabb - mengirim orang-orang baik selama perjalanan ini. Apa yang dulu dimulai, sudah dituntaskan hari ini. Namun ini baru langkah. Masih ada langkah-langkah selanjutnya hingga bisa semakin dekat dengan Visi Besar itu ~ Pulang pada-Nya. 

Setelah petualangan ini, akhirnya....
"Waktunya pulang, menjemput rindu, Nak"

*****

Just memorial...

 Desember - Palu 
(Menyiapkan berkas dan berangkat ke Jawa menggunakan transporatasi laut selama dua hari. Mabok? Pasti!)


Januari - April / Pare, Kediri
(Belajar bassic grammar, pretoefl, toefl, toefl perfection, lalu tes toefl. Ada banyak teman dan foto. Ini foto kelas efast1 yang kelasnya mulai setengah 6 pagi dan selesai stengah 6 sore, tapi ramenya jangan ditanya. Grup wanya masih rame sampai sekarang.)


Mei / Blitar

(Mengurus berkas administrasi mulai dari surat bebas narkoba, surat ket sehat di RS, berkas-berkas yang di scan dll. Masa kiris ditambah stres. Untung ada tuan rumah yang buat numpang hidup, bantu sana-sini, plus ajak jalan. Oh ya taraweh, puasa pertama dan makan ceker perdana disini. Di kota tempat presiden pertama menghabiskan masa kecilnya)



Mei / Malang
(Di Pondok Oemah Quran belajar agama sekalian apply beasiswa tahap 1 - Administrasi. Disini banyak hal yang buat ketampar. Karena ini pondok mahasiswa, jadi mereka subuh hafalan, pagi kampus, malam belajar tahzin/kitab plus murojoah. Dengan kesibukan sepadat itu, mereka hafalan udah nyampe 5 juz,10 juz, 11 juz, dst. Ketampar? Banget. Kalau mereka ditanya, kenapa pengen jadi hafidzah, jawabnya biar dapat berokah dan biar bisa memangkaian orangtuanya mahkota di Surga. Ketampar? Lagi. Apalah aku)

Mei - September / Yogyakarta
(Disinilah saya menghabiskan dua lebaran. Perdana. Persiapan TPA, Tes SBK, Wawancara hingga pengumuman. Ada banyak sekali cerita disini. Seperti kekhasannya, Jogja memang selalu diidentikkan sebagai kota yang akan selalu dirindukan. Karena memang ada begitu banyak hal yang terjadi di kota ini. In syaa Allah akan ada episode tersendiri untuk bercerita tentang kisah di kota ini)


In syaa Allah umur panjang, sampai jumpa di kisah berikutnya. 
Semoga ada hal bermanfaat yang bisa dipetik dari perjalanan ini. Dan spesial untuk keluarga, teman juga orang-orang baik yang tak kusebutkan namanya, semoga Allah selalu menjaga kalian :)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenapa Memilih Menjadi Dosen dan Bagaimana Proses Persiapannya?

Tulisan ini kudedikasikan untuk diriku sendiri sebagai pengingat akan niat dan tujuan mengapa memilih karir ini. Dan selebihnya, semoga ada manfaat yang bisa diperoleh pembaca dalam proses perjalanannya. *** Pic: Buku yang digunakan sebagai bahan ajar “Kenapa ingin jadi dosen?” tanya seorang interviewer saat saya sedang mengikuti wawancara CPSN.  Saya pun mencoba menjawab pertanyaan ini “Pertama, pilihan karir dosen menjadi wadah saya untuk bisa bermanfaat tidak hanya melalui pengajaran, namun juga menyebarluaskannya melalui tulisan/publikasi, dan mengaplikasikannya dengan pengabdian kepada masyarakat. Dan semoga bisa menjadi amalan saya juga ketika sudah tidak ada di dunia, melalui ilmu yang bermanfaat sebagai amal jariah yang tidak terputus. Kedua, saya merasa punya tanggung jawab setelah mendapat privilege untuk bisa sekolah tinggi, melalui beasiswa pula sejak S1 hingga S2, dimana masih banyak orang lain yang tidak bisa mengenyam kesempatan ini, yang mungkin bahkan saya pikir m...

Impian #1 : Perjalanan

Impian akan membawa kita terbang. Semakin kita percaya dengan impian itu, semakin kita tak menyangka bahwa ia telah membawa kita jauh dari sebelumnya. Ada begitu banyak hal yang akan terlewati dalam proses pencapaiannya. Sehingga rasa-rasanya, rugi jika tak diabadikan dalam aksara. Seperti kata Pramoedya Ananta Toer, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian .” Tulisan ini in syaa Allah akan berkelanjutan. Inspirasinya berawal dari pemikiran kebanyakan orang yang hanya melihat hasil pencapaian seseorang. Hingga lupa ada proses yang mengorbankan banyak tangis, rindu, waktu, dan berbagai ujian fisik, materi hingga batin. Ketika setiap penonton melihat proses itu, maka mereka tidak akan mudah (lagi) menilai dan berkomentar, “Dia beruntung”, “Dia punya fasilitas lengkap”, atau “Dia punya orang dalam.” Setiap orang menjalani prosesnya dari titik nol hingga ia menja...