Langsung ke konten utama

Kenapa Memilih Menjadi Dosen dan Bagaimana Proses Persiapannya?



Tulisan ini kudedikasikan untuk diriku sendiri sebagai pengingat akan niat dan tujuan mengapa memilih karir ini. Dan selebihnya, semoga ada manfaat yang bisa diperoleh pembaca dalam proses perjalanannya.


***

Pic: Buku yang digunakan sebagai bahan ajar

“Kenapa ingin jadi dosen?” tanya seorang interviewer saat saya sedang mengikuti wawancara CPSN. 


Saya pun mencoba menjawab pertanyaan ini


“Pertama, pilihan karir dosen menjadi wadah saya untuk bisa bermanfaat tidak hanya melalui pengajaran, namun juga menyebarluaskannya melalui tulisan/publikasi, dan mengaplikasikannya dengan pengabdian kepada masyarakat. Dan semoga bisa menjadi amalan saya juga ketika sudah tidak ada di dunia, melalui ilmu yang bermanfaat sebagai amal jariah yang tidak terputus.

Kedua, saya merasa punya tanggung jawab setelah mendapat privilege untuk bisa sekolah tinggi, melalui beasiswa pula sejak S1 hingga S2, dimana masih banyak orang lain yang tidak bisa mengenyam kesempatan ini, yang mungkin bahkan saya pikir mereka lebih pantas mendapatkannya daripada saya untuk mengangkat harkat martabatnya keluarga melalui pendidikan, seperti anak jalanan ataupun pemulung. Namun, Allah memilih saya untuk mendapat privilege ini, sehingga saya merasa punya tanggung jawab untuk berbagi ilmu yang saya dapatkan melalui pilihan karir menjadi dosen/pendidik.

Ketiga, dengan menjadi dosen saya memiliki ‘tuntutan’ tapi juga sekaligus ‘kesempatan’ untuk bisa terus belajar, berkembang, dan bertumbuh dengan menjalankan tri dharma perguruan tinggi”.

Kurang lebih, itu tiga poin penting yang saya sampaikan saat ditanya tentang alasan mengapa memilih karir ini. Alasan itu tidak lahir dalam satu malam atau saat pembukaan pendaftaran dosen, namun pemikiran itu lahir sejak cita-cita ini mulai tumbuh di masa Sekolah Menengah Atas, lalu semakin mendalam maknanya ketika Allah pertemukan dengan lebih banyak kesempatan dan pertemuan. Lebih jauh, memilih menjadi pendidik menjadi salah satu langkahku untuk bisa berkontribusi di ranah pendidikan dan literasi, yang pada akhirnya peran ini semoga menjadi salah satu jalan yang dapat membuka pintu keridhoan-Nya. 

Proses Persiapan

Pic: Polpen yang dibuat menulis materi dan latihan soal


Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, langkah awal untuk menjadi pendidik dimulai sejak SMA, ketika cita-cita itu muncul. Karena tahu ingin jadi dosen, setelah selesai S1 saya langsung mencari beasiswa untuk bisa lanjut S2. Sebab pendidikan minimal untuk menjadi dosen adalah Magister. Setelah lulus S2, saya mulai mendaftar di beberapa kampus. Awalnya, kupikir akan mudah untuk diterima menjadi dosen, terlebih dari kampus favorit dalam negeri, namun ternyata saya butuh waktu sekitar setahunan untuk bisa memulai kelas pertamaku. 


Lalu bagaimana proses mendaftar ke Kampus untuk menjadi dosen? 


Pic: Menunggu di Kampus untuk mengantar berkas pendaftaran dosen

Banyak yang bertanya tentang ini. Saya mencoba berbagi berdasarkan pengalaman pribadi. Saya mendaftar di beberapa kampus. Ada yang secara online maupun offline. Saya mengirim berkas secara online biasanya ke kampus yang membuka loker dosen di luar daerah domisili. Sementara di daerah domisili, saya mengantar berkasnya secara langsung. Ada yang bertemu secara langsung dengan pimpinan fakultas, pimpinan kampus, ataupun sekuriti. 


Lalu, pertanyaan berikutnya, apakah punya orang dalam? 

Pic: Salah satu kampus tempatku mendaftar


Jawabannya, ada. Secara personal, saya memiliki batasan dalam “memanfaatkan” orang dalam, yaitu sebatas memberi informasi, jika pun ada bantuan lain yang diberikan jangan sampai melanggar prosedur dan etika. Informasi tentang kampus yang membutuhkan dosen, bagaimana prosedurnya, siapa yang perlu ditemui jika ingin memasukkan berkas, adalah beberapa informasi yang saya peroleh dari orang dalam. Selebihnya, saya berusaha untuk jalani sendiri, melengkapi berkas, bertemu pihak kampus, hingga follow up. 

Dalam proses setahun ini, bukan hal yang mudah terlebih jika sudah ada ekspektasi yang terbangun, ditambah lagi media sosial yang menunjukkan pencapaian dan perkembangan teman-teman seangkatan yang semakin pesat. Namun, kita selalu bisa memilih mengarahkan pikiran kita dan respon yang ingin kita ambil seperti apa. Saya tidak selalu bisa konsisten untuk selalu mengarahkan pikiranku pada hal positif, sehingga saya juga kadang sedih dan galau layaknya manusia biasa. 

Namun, saya bersyukur Allah selalu menolong untuk kembali dan memahami apa masalahnya, sehingga bisa terus mengambil langkah. Jadi, selama setahun itu, saya mencoba memantaskan diri dengan tugas sebagai pendidik. Mungkin belum di Kampus, namun tidak ada batasan untuk bisa memberi manfaat karena itulah tujuanku menjadi pendidik. Maka, selama proses itu, saya berusaha sharing pengetahuan ataupun pengalaman sebagai bagian dari pendidikan dalam beberapa kegiatan, menulis di media online, buku, maupun mengikuti lomba event kepenulisan sebagai bagian dari publikasi, serta membuat program mentoring sebagai bentuk pengabdian. Mencoba menciptakan peluangku sendiri dengan berfokus pada hal-hal yang bisa kukontrol. Sampai akhirnya, Allah bukakan jalanNya untuk mulai mengajar di Kampus.


Bagaimana persiapan CPNS Dosen?

Pic: Belajar persiapan SKD


Pertama kali mendaftar CPSN Dosen pada tahun 2023 di Kemenkumham, saat itu itu saya belum memiliki ijazah, sehingga di seleksi awal saya sudah gagal. Lalu, saya mulai mendaftar lagi di tahun 2024 di Kemdikbud. Untuk seleksi administrasi sangat perlu ketelitian dan banyak belajar dari pengalaman kegagalan diri atau peserta lainnya. Ada beberapa penyebab gagal administrasi, karena alasan yang mungkin dianggap kecil, seperti tidak menggunakan tanda tangan basah, atau tidak ada tanda tangan di transkrip sementara yang digunakan sebagai pengganti ijazah. 

Pic: Bimbel SKB di dosendeso

Sementara itu, untuk persiapan Seleksi Kompetensi Dasar (SKD), penting untuk memahami kekurangan diri dan belajar dari pengalaman orang lain. Saya sadar agak kurang dalam hitungan dan saya menyadari sedang bersaing dengan dosen atau calon dosen. Untuk itu, saya perlu belajar lebih keras dan mempersiapkan diri jauh-jauh hari. Saya belajar menggunakan buku SKD CPSN terbaru dari Al faiz, Buku The Master dari Sang Tutor dan juga ikut bimbelnya, serta latihan TO dari temanasn yang jumlahnya sekitar 30 TO. Terkadang saya juga menonton Youtube dan belajar kelompok bersama teman-teman untuk membahas soal-soal yang kurang dipahami. Untuk persiapan Seleksi Kompetensi Bidang (SKB) terdiri dari ujian CAT (mencakup Etika dan Tri Dharma Perguruan Tinggi, Literasi Bahasa Inggris, Penalaran dan Pemecahan Masalah, serta Dimensi Psikologi) dan Non-CAT (mencakup wawancara dan praktik mengajar). Saya juga ikut bimbel SKB dari Dosendeso dan membeli paket buku dari dosenupdate yang jumlahnya sekitar 4 buku. 

 

Pic: TO di temanasn

Setiap orang tentu punya cara yang beragam dalam persiapannya. Secara pribadi, saya perlu benar-benar mempersiapkan diri agar bisa percaya diri, dan jikapun gagal, saya meyakini itulah jalan terbaik dari Allah, karena saya juga sudah berusaha seoptimal mungkin.


Tips dan Trik Jitu

Pic: Screenshoot chat wa dengan Ibu

Ini adalah langkah yang sering saya gunakan untuk setiap cita-cita yang ingin saya wujudkan. Yaitu doa ibu/orangtua. Tidak hanya di hari ujian, namun hampir setiap hari saya selalu mengirim list doa via chat wa ke Ibu. Lalu kemudian beliau mengaminkannya. Tips ini benar-benar manjur. Mulai dari penyelesaian studi, daftar beasiswa, lanjut studi, urusan karir dan cita-cita masa depan semuanya saya ceritakan ke ibu dan memintanya mendoakan. Termasuk ketika saya memilih kampus untuk berkarir  menjadi dosen ASN kedepannya. Dari sekitar 7 sampai 11 kampus yang menyediakan formasi pendidikanku, ibu saya hanya mengizinkan 1 kampus saja. Dengan izin dan doa ibu, kampus itulah yang menjadi pilihanku dan Alhamdulillah, Allah lancarkan prosesnya untuk bisa lulus. “Keridhoaan Allah tergantung pada ridho orangtua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua” (HR. Tirmidzi).


Pic: Kartu ucapan berisi photocard dan doa dari pengirim

Selain itu, doa orang-orang sekitar. Sebagaimana tulisan memiliki kekuatan untuk mempengaruhi orang lain, saya juga meyakini doa memiliki kekuatan untuk memantaskan ataupun mengubah takdir.  Saya yakin, di balik kerja keras, doa tulus dari orang-orang sekitar adalah juga faktor utama Allah lancarkan meraih cita-cita. Doa akan selalu jadi tips dan trik manjur seorang muslim.


Terakhir

Pic: Screenshoot grup wa keluarga saat pengumuman

Sedari awal saya tahu pekerjaan ini punya banyak tugas dan melelahkan. Saya juga tahu jika ingin kaya raya maka saya perlu menjadi pengusaha, sehingga saya tidak menjadikan pilihan karir ini untuk itu. Saya juga mengerti akan ada banyak tuntutan dan kesabaran untuk terus belajar dan mengembangkan diri, sehingga bisa memenuhi tujuan untuk mencerdaskan kehidupan anak bangsa. Saya memahami setiap peran baru yang diambil, maka kita siap untuk memberikan waktu, pikiran, dan tenaga lebih sebagai bentuk tanggung jawab kita akan peran yang dipilih. Saya pun mengerti, pekerjaan ini bukan hanya untuk masa kerja 1 atau 2 tahun saja, namun saya akan menjadi abdi negara selama puluhan tahun lamanya, maka semoga tulisan ini menjadi pengingat saat kedepannya bertemu dengan momen jenuh, lelah, ataupun bingung dengan tujuan menjadi pendidik, sehingga saya dapat mengisi kembali daya dan energi untuk terus melangkah. 


Pic: Kalimat pengingat yang ditempel di dinding kamar kosan


Pada akhirnya, saya memilih karir ini dengan niat dan tujuan akhir untuk mendapat ridhoNya, maka tuntunlah selalu ya Rabb. Bismillah.


“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, kemalasan, kekikiran, ketuaan/kepikunan, dan siksa kubur. Ya Allah, datangkanlah pada jiwaku ini ketakwaannya dan bersihkanlah ia. Engkaulah sebaik-baik yang dapat membersihkannya, Engkaulah Pelindungnya dan Rabbnya. Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyuk, nafsu yang tidak pernah puas, dan doa yang tidak dikabulkan” (HR. Muslim).


Lampiran foto




















Komentar

Postingan populer dari blog ini

Setelah penjelajahan ini, Akhirnya…

Saat sedang membaca novel Tere Liye, berjudul 'Tentang Kamu', tiba-tiba hpku bergetar. Sebuah notiviasi pesan masuk. Kusapu layar handphone untuk melihatnya. Tanganku tiba-tiba gemetar. Tak berpikir panjang, kubuka sebuah situs di google. Berkali-kali ku coba, tak kunjung bisa masuk.  Jantungku semakin berdegup kenjang. Ditambah jari-jariku yang terus gemetar. Kucoba membuka situs tersebut dengan aplikasi lain. Dan akhirnya, TERBUKA. Ku klik status dalam link tersebut. Aku menutup mulut, tanganku masih gemetar. Aku masih belum menyangka. Kutelpon seorang teman yang lebih paham masalah ini. “Halo ka?” tanyaku “Ya?” jawabnya dari balik telepon “Hari ini pengumuman. Kalau tulisannya lolos substansi itu artinya apa?” tanyaku dengan suara bergetar “Artinya kamu lolos!” jawabnya bahagia. Hari ini, 16 September 2019, akhirnya yang kuikhtiarkan sejak meminta izin pada Ibu Desember 2018 silam, menampakkan hasilnya. Hampir 10 bulan terlewati, 2 lebaran ku lalu...

Impian #1 : Perjalanan

Impian akan membawa kita terbang. Semakin kita percaya dengan impian itu, semakin kita tak menyangka bahwa ia telah membawa kita jauh dari sebelumnya. Ada begitu banyak hal yang akan terlewati dalam proses pencapaiannya. Sehingga rasa-rasanya, rugi jika tak diabadikan dalam aksara. Seperti kata Pramoedya Ananta Toer, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian .” Tulisan ini in syaa Allah akan berkelanjutan. Inspirasinya berawal dari pemikiran kebanyakan orang yang hanya melihat hasil pencapaian seseorang. Hingga lupa ada proses yang mengorbankan banyak tangis, rindu, waktu, dan berbagai ujian fisik, materi hingga batin. Ketika setiap penonton melihat proses itu, maka mereka tidak akan mudah (lagi) menilai dan berkomentar, “Dia beruntung”, “Dia punya fasilitas lengkap”, atau “Dia punya orang dalam.” Setiap orang menjalani prosesnya dari titik nol hingga ia menja...