Langsung ke konten utama

Palu Bangkit : Pilihan!


"Merealisasikan mimpi adalah akumulasi dari kerja keras, perencanaan yang matang, konsistensi yang tinggi serta kesabaran dalam waktu yang lama. Jika belum memilikinya, renungkan kembali semangatmu!" ¬ Ario Muhammad (Penulis Buku)
Hidup selalu identik dengan pilihan. Jika ada yang diperjuangkan, maka harus ada yang dikorbankan. Begitulah mekanismenya. Tapi tahu tidak, dengan berbagai pilihan itu kita bisa semakin mendewasa. Karena kita belajar menerima resiko dan dampak dari pilihan kita sendiri.

Dalam sehari, kita bisa memutuskan puluhan pilihan. Mulai dari memilih sarapan nasi atau roti. Membaca buku atau webtoon. Menonton sinetron atau berita. Hingga keputusan besar, seperti memilih lanjut kuliah atau bekerja. Wanita karir atau ibu rumah tangga. Pergi atau tetap tinggal.

Keputusan besar selalu identik dengan “Zona Nyaman” dan “Idealisme.” Contohnya, ada begitu banyak orang yang punya impian untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya, namun ada pilihan lain yakni rayuan pekerjaan dengan gaji tetap kadang menggoda hasrat. Pilihannya bertahan dengan “Idealisme” atau memilih berangkat ke “Zona Nyaman.”  

Saya jadi teringat dengan kata-kata seorang kakak. Waktu itu saya kerja di sebuah kantor BUMN (kurang lebih sebulan aja, waktu itu jadi ambassador saja). Saya ketemu dengan para calon karyawan kantor tersebut. Seperti biasa, saya suka sharing. Lebih tepatnya mencuri pengalaman orang lain. Mereka semua ada sekitar 8 sampai 10 orang. Dan semuanya berasal dari univ di Jawa. Ada dari UGM dan beberapa univ ternama lainnya. Singkat cerita, saya bertanya pada seorang calon karyawan, “kakak-kakak ini rata-rata dari univ ternama, kaka pintar terus lulusan termuda juga, kesempatan emas dong buat lanjut ka, kenapa milih kerja?” Dan dijawab, “Ci, suatu saat kamu akan paham, idealis bisa dikalahkan oleh realitas. Menjadi anak pertama, keluarga yang harus dibiayai, kebutuhan hidup. Semua itu adalah realita hidup yang mesti kita jalani. Suatu saat pasti kamu akan paham itu.”

Waktu itu saya masih semester 4 atau 5. Jujur saja, saat itu saya bertanya-tanya, “Apa iya seperti itu?” Dan sekarang saya sudah sangat “Paham” dengan realitas itu. Zona nyaman bukan berarti pilihan yang salah. Yaps, seperti definisi diawal. Bahwa, pilihan selalu membuat kita memperjuangkan satu pilihan dan mengorbankan pilihan yang lain. Tidak mudah tentu mengorbankan impian dan idealime yang sudah lama kita pupuk demi kebahagiaan orang-orang sekitar kita.

Kisah lain datang dari para idealis mimpi yang selalu identik dengan proses panjang dalam mewujudkan impiannya. Kali ini saya ingin membagi kisah dari Mas Ario Muhammad. Penulis hebat dari buku “Notes From England.” Seorang anak kampung dari Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara. Hidup sederhana tanpa listrik, game online, dan internet. Masa kecilnya dihabiskan bermain di kali, menangkap ikan dengan jala sederhana dan berburu sarang burung di Pohon Hutan Halmahera. Ia tak dibesarkan dengan imajinasi tinggi bisa keliling dunia. Orangtuanya pun begitu. Bagi kedua orangtuanya, sekolah hingga Perguruan Tinggi Negeri, lalu bekerja sebagai PNS sudah lebih dari cukup. Mimpi untuk studi di luar negeri di pupuknya nanti di semester dua. Ia membangun semangat dan mulai bejuang dari titik nol. Belajar Bahasa Inggris hingga apply beragam beasiswa. Setelah perjuangan panjang itu, akhirnya impiannya pun satu persatu terwujud. Mendapatkan beasiswa S2 dari National Taiwan University of Science and Technology dan S3 dari beasiswa DIKTI di Bristol University, Inggris.

Jadi, makna yang dapat kita ambil dari kisah-kisah di atas adalah setiap pilihan yang kita ampil pasti punya tujuan. Dan tujuan itu akan “Pasti” selama kita terus “Bergerak” dengan pilihan kita. Semakin besar pilihan itu, maka semakin besar pula resiko serta pengorbanan yang harus dilakukan. Sehingga kadang kala, kita harus tutup telinga juga mata. Dan fokus pada pilihan tersebut sambil meyakini dalam hati, bahwa setiap pilihan akan mendapatkan hasil yang sesuai.

Referensi : Buku From Notes England Karya Ario Muhammad dan Fissilmi Hamida

#palubangkit
#bermanfaatbersama
#30dwb
#tulisanke12

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenapa Memilih Menjadi Dosen dan Bagaimana Proses Persiapannya?

Tulisan ini kudedikasikan untuk diriku sendiri sebagai pengingat akan niat dan tujuan mengapa memilih karir ini. Dan selebihnya, semoga ada manfaat yang bisa diperoleh pembaca dalam proses perjalanannya. *** Pic: Buku yang digunakan sebagai bahan ajar “Kenapa ingin jadi dosen?” tanya seorang interviewer saat saya sedang mengikuti wawancara CPSN.  Saya pun mencoba menjawab pertanyaan ini “Pertama, pilihan karir dosen menjadi wadah saya untuk bisa bermanfaat tidak hanya melalui pengajaran, namun juga menyebarluaskannya melalui tulisan/publikasi, dan mengaplikasikannya dengan pengabdian kepada masyarakat. Dan semoga bisa menjadi amalan saya juga ketika sudah tidak ada di dunia, melalui ilmu yang bermanfaat sebagai amal jariah yang tidak terputus. Kedua, saya merasa punya tanggung jawab setelah mendapat privilege untuk bisa sekolah tinggi, melalui beasiswa pula sejak S1 hingga S2, dimana masih banyak orang lain yang tidak bisa mengenyam kesempatan ini, yang mungkin bahkan saya pikir m...

Setelah penjelajahan ini, Akhirnya…

Saat sedang membaca novel Tere Liye, berjudul 'Tentang Kamu', tiba-tiba hpku bergetar. Sebuah notiviasi pesan masuk. Kusapu layar handphone untuk melihatnya. Tanganku tiba-tiba gemetar. Tak berpikir panjang, kubuka sebuah situs di google. Berkali-kali ku coba, tak kunjung bisa masuk.  Jantungku semakin berdegup kenjang. Ditambah jari-jariku yang terus gemetar. Kucoba membuka situs tersebut dengan aplikasi lain. Dan akhirnya, TERBUKA. Ku klik status dalam link tersebut. Aku menutup mulut, tanganku masih gemetar. Aku masih belum menyangka. Kutelpon seorang teman yang lebih paham masalah ini. “Halo ka?” tanyaku “Ya?” jawabnya dari balik telepon “Hari ini pengumuman. Kalau tulisannya lolos substansi itu artinya apa?” tanyaku dengan suara bergetar “Artinya kamu lolos!” jawabnya bahagia. Hari ini, 16 September 2019, akhirnya yang kuikhtiarkan sejak meminta izin pada Ibu Desember 2018 silam, menampakkan hasilnya. Hampir 10 bulan terlewati, 2 lebaran ku lalu...

Impian #1 : Perjalanan

Impian akan membawa kita terbang. Semakin kita percaya dengan impian itu, semakin kita tak menyangka bahwa ia telah membawa kita jauh dari sebelumnya. Ada begitu banyak hal yang akan terlewati dalam proses pencapaiannya. Sehingga rasa-rasanya, rugi jika tak diabadikan dalam aksara. Seperti kata Pramoedya Ananta Toer, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian .” Tulisan ini in syaa Allah akan berkelanjutan. Inspirasinya berawal dari pemikiran kebanyakan orang yang hanya melihat hasil pencapaian seseorang. Hingga lupa ada proses yang mengorbankan banyak tangis, rindu, waktu, dan berbagai ujian fisik, materi hingga batin. Ketika setiap penonton melihat proses itu, maka mereka tidak akan mudah (lagi) menilai dan berkomentar, “Dia beruntung”, “Dia punya fasilitas lengkap”, atau “Dia punya orang dalam.” Setiap orang menjalani prosesnya dari titik nol hingga ia menja...