Langsung ke konten utama

Hey 21 Tahun


21 tahun. Menurut orang-orang angka 21 masihlah muda. Namun bagiku justru kebalikannya. Ketika menginjak angka kepala dua, artinya kamu sudah masuk di usia “Dewasa”. Baik dewasa secara fisik. Dewasa dalam berpikir. Dewasa dalam memutuskan. Dewasa dalam menyelesaikan berbagai permasalahan. Dan dewasa dalam memilih siapa saja yang akan bersamamu saat ini dan di masa yang akan datang. 

21 tahun. Usia dimana kamu tidak boleh ogah-ogahan untuk mempersiapkan jangka pendek dan jangka panjang kedepan dalam hidupmu. Termasuk memikirkan tentang, kapan kamu akan menikah, bagaimana menjadi seorang istri dan ibu yang baik, pekerjaan apa yang kamu inginkan, siapa saja orang-orang yang harus segera kamu bahagiakan dan kapan kamu mewujudkannya. Kamu harus memikirkan dan mempersiapkannya dari sekarang.

21 tahun. Bagiku adalah usia pemantasan dan pembuktian. Pemantasan bahwa kamu layak mempertahankan “idealisme” mu dalam bermimpi. Dan akan selalu butuh pembuktian. Bukan untuk mereka yang tak menganggapmu ada, namun untuk mereka yang menunggumu selama 20 tahun lamanya. Itulah mengapa usia ini adalah masa dimana kamu harus bekerja lebih keras dari usia belasan tahun kemarin. Harus menekan segala ego karena impianmu tak lagi tentang dirimu, tapi juga tentang mereka yang memperjuangkanmu.

Hey 21 tahun. Mari kita lihat dunia. Sejauh mana kaki ini akan melangkah. Sebesar apa potensi yang terpendam dalam dirimu. Dan sejauh apa semesta akan mendukungmu. Bismillah.   

#SelfReminder
#BermanfaatBersama

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenapa Memilih Menjadi Dosen dan Bagaimana Proses Persiapannya?

Tulisan ini kudedikasikan untuk diriku sendiri sebagai pengingat akan niat dan tujuan mengapa memilih karir ini. Dan selebihnya, semoga ada manfaat yang bisa diperoleh pembaca dalam proses perjalanannya. *** Pic: Buku yang digunakan sebagai bahan ajar “Kenapa ingin jadi dosen?” tanya seorang interviewer saat saya sedang mengikuti wawancara CPSN.  Saya pun mencoba menjawab pertanyaan ini “Pertama, pilihan karir dosen menjadi wadah saya untuk bisa bermanfaat tidak hanya melalui pengajaran, namun juga menyebarluaskannya melalui tulisan/publikasi, dan mengaplikasikannya dengan pengabdian kepada masyarakat. Dan semoga bisa menjadi amalan saya juga ketika sudah tidak ada di dunia, melalui ilmu yang bermanfaat sebagai amal jariah yang tidak terputus. Kedua, saya merasa punya tanggung jawab setelah mendapat privilege untuk bisa sekolah tinggi, melalui beasiswa pula sejak S1 hingga S2, dimana masih banyak orang lain yang tidak bisa mengenyam kesempatan ini, yang mungkin bahkan saya pikir m...

Setelah penjelajahan ini, Akhirnya…

Saat sedang membaca novel Tere Liye, berjudul 'Tentang Kamu', tiba-tiba hpku bergetar. Sebuah notiviasi pesan masuk. Kusapu layar handphone untuk melihatnya. Tanganku tiba-tiba gemetar. Tak berpikir panjang, kubuka sebuah situs di google. Berkali-kali ku coba, tak kunjung bisa masuk.  Jantungku semakin berdegup kenjang. Ditambah jari-jariku yang terus gemetar. Kucoba membuka situs tersebut dengan aplikasi lain. Dan akhirnya, TERBUKA. Ku klik status dalam link tersebut. Aku menutup mulut, tanganku masih gemetar. Aku masih belum menyangka. Kutelpon seorang teman yang lebih paham masalah ini. “Halo ka?” tanyaku “Ya?” jawabnya dari balik telepon “Hari ini pengumuman. Kalau tulisannya lolos substansi itu artinya apa?” tanyaku dengan suara bergetar “Artinya kamu lolos!” jawabnya bahagia. Hari ini, 16 September 2019, akhirnya yang kuikhtiarkan sejak meminta izin pada Ibu Desember 2018 silam, menampakkan hasilnya. Hampir 10 bulan terlewati, 2 lebaran ku lalu...

Impian #1 : Perjalanan

Impian akan membawa kita terbang. Semakin kita percaya dengan impian itu, semakin kita tak menyangka bahwa ia telah membawa kita jauh dari sebelumnya. Ada begitu banyak hal yang akan terlewati dalam proses pencapaiannya. Sehingga rasa-rasanya, rugi jika tak diabadikan dalam aksara. Seperti kata Pramoedya Ananta Toer, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian .” Tulisan ini in syaa Allah akan berkelanjutan. Inspirasinya berawal dari pemikiran kebanyakan orang yang hanya melihat hasil pencapaian seseorang. Hingga lupa ada proses yang mengorbankan banyak tangis, rindu, waktu, dan berbagai ujian fisik, materi hingga batin. Ketika setiap penonton melihat proses itu, maka mereka tidak akan mudah (lagi) menilai dan berkomentar, “Dia beruntung”, “Dia punya fasilitas lengkap”, atau “Dia punya orang dalam.” Setiap orang menjalani prosesnya dari titik nol hingga ia menja...