Langsung ke konten utama

Palu Bangkit : Pak Togar dari Jawa



“Pada akhirnya, setiap orang harus dan wajib mengambil peran untuk berbuat baik. Menyuarakan yang baik. Menceritakan yang baik. Melangkah yang baik. Agar energi dan getaran positif senantiasa ada di Indonesia. Agar tulisan-tulisan sejarah ke masa depan semakin baik untuk dibaca. Segerakan ambil peranmu.” ~ Satriadi Indarmawan (Founder Yayasan Karya Salemba Empat)

Masih berkaitan dengan orang baik. Saya ingin berkisah tentang seseorang yang banyak menginspirasi para anak muda termasuk saya sendiri. Saya pertama kali bertemu beliau pada tahun 2015 di Seminar dan Workshop yang dilaksanakan oleh Paguyuban Karya Salemba Empat Universitas Tadulako. Waktu itu saya sedang manjadi hunter scholarship. Entah ada berapa beasiswa yang ku apply pada saat itu, sebelum akhirnya tahun 2016 saya diterima menjadi penerima beasiswa KSE.

Saat beliau menjadi pemateri di seminar, saya berusaha untuk tetap fokus. Pikirku, jika ingin mendapat beasiswa ini, maka saya harus tahu tujuan beasiswa ini dididirikan oleh Foundernya. Ada beberapa hal yang memuat saya terkesima dalam penyampaian beliau, terutama terkait berbagi, perjuangan, kebahagiaan dan refleksi hidup. Pun saya mengabadikan beberapa kalimat beliau dalam tulisan di buku “Tuhan, Aku Rindu.”

Nama beliau bukan Pak Togar. Hanya saja, saya memberi julukan Pak Togar dalam tulisan ini. Kenapa? Saya terinspirasi dari buku “Ranah 3 Warna.” Untuk para penggemar Bang Fuadi tentu tidak akan asing dengan Novel Trilogi ini. Dalam novel ini, ada seorang tokoh yang bernama Bang Togar. Sedangkan tokoh utamanya adalah Alif. Bang Togar adalah orang yang begitu berjasa dalam hidup Alif. Selain menjadi guru menulis hingga tulisannya bisa diterima di media-media nasional, juga ia sering menjadi tempat Alif sharing jika butuh saran dan bantuan. Ada satu momen dalam novel ini yang menurutku adalah salah satu bagian klimaksnya. Ketika persahabatan antara Alif dan kawannya Randai dipertaruhkan hanya karena sebuah laptop. Di tengah perselisihan itu, Bang Togar hadir sebagai solusi dengan memberikan Alif sebuah komputer, meskipun Alif tetap bersikukuh untuk membelinya dengan dicicil. Bagi Alif tentunya pemberian itu adalah hadiah terbesar dalam hidupnya. Apalagi dengan keadaannya sebagai anak rantau yang baru ditinggal Ayah pergi dan harus hidup mandiri dengan keadaan serba terhimpit. Lewat komputer itu, Alif bisa menulis banyak berita yang di masukkan ke media-media hingga akhirnya ia punya penghasilan sendiri, sehingga bisa mandiri membiayai hidupnya, juga mengirim uang untuk keluarganya di kampung, bahkan membeli laptop baru untuk dirinya.



Saya merasa ada dalam bagian cerita ini, yakni sebagai Alif. Meskipun tak semerana Alif, tapi poin utama yang membuat saya merasa sepertinya yakni, karena kami di kelilingi oleh orang-orang baik. Bang Togar tidak hanya ada dalam novel Bang Fuadi, tapi juga ada dalah hidup saya. Itulah mengapa saya menjuluki beliau sebagai Pak Togar. Karena beliau bisa menjadi guru, panutan serta kebaikan hatinya untuk memberi membuatku banyak belajar, bahkan sejak bertemu pertama kali. Semoga Allah selalu menjaga beliau.

Dan saya juga percaya, Tuhan Maha Baik. Dia Rahman juga Rahim. Sehingga  pasti ada saja orang-orang baik di luar sana yang dikirimkan Tuhan untuk membuat kita kuat. Termasuk untuk saudara-saudaraku di Palu. Bahkan, hikmah dari bencana ini menjadi ajang silaturrahim dengan orang-orang baik itu. Mereka datang dari berbagai pulau Indonesia dan belahan dunia. Kita tak mengenal mereka awalnya, namun begitu baiknya Tuhan menggerakkan hati manusia untuk bisa saling simpati, sehingga merasa seperti keluarga, meski tak se-darah. Semoga Allah juga senantiasa menjaga teman-teman semua.

Mengutip kata-kata Bapak “setiap orang harus dan wajib mengambil peran untuk berbuat baik.” Ya, mungkin itulah alasan hidup kita masih di kelilingi oleh orang baik. Karena menjadi baik adalah sebuah kewajiban juga kepedulian untuk mengambil peran. Jadi, apapun peranmu, apakah sebagai akademisi, profesional, politikus, ataupun entrepreneur, tetaplan menjadi orang baik. Semoga Allah juga selalu menjaga kita semua, terutama hati dan langkah ini agar tak lelah menjadi baik.

Jazakallah khair untuk semua orang baik di luar sana.

 #palubangkit
#bermanfaatbersama
#30dwb
#tulisanke10


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenapa Memilih Menjadi Dosen dan Bagaimana Proses Persiapannya?

Tulisan ini kudedikasikan untuk diriku sendiri sebagai pengingat akan niat dan tujuan mengapa memilih karir ini. Dan selebihnya, semoga ada manfaat yang bisa diperoleh pembaca dalam proses perjalanannya. *** Pic: Buku yang digunakan sebagai bahan ajar “Kenapa ingin jadi dosen?” tanya seorang interviewer saat saya sedang mengikuti wawancara CPSN.  Saya pun mencoba menjawab pertanyaan ini “Pertama, pilihan karir dosen menjadi wadah saya untuk bisa bermanfaat tidak hanya melalui pengajaran, namun juga menyebarluaskannya melalui tulisan/publikasi, dan mengaplikasikannya dengan pengabdian kepada masyarakat. Dan semoga bisa menjadi amalan saya juga ketika sudah tidak ada di dunia, melalui ilmu yang bermanfaat sebagai amal jariah yang tidak terputus. Kedua, saya merasa punya tanggung jawab setelah mendapat privilege untuk bisa sekolah tinggi, melalui beasiswa pula sejak S1 hingga S2, dimana masih banyak orang lain yang tidak bisa mengenyam kesempatan ini, yang mungkin bahkan saya pikir m...

Setelah penjelajahan ini, Akhirnya…

Saat sedang membaca novel Tere Liye, berjudul 'Tentang Kamu', tiba-tiba hpku bergetar. Sebuah notiviasi pesan masuk. Kusapu layar handphone untuk melihatnya. Tanganku tiba-tiba gemetar. Tak berpikir panjang, kubuka sebuah situs di google. Berkali-kali ku coba, tak kunjung bisa masuk.  Jantungku semakin berdegup kenjang. Ditambah jari-jariku yang terus gemetar. Kucoba membuka situs tersebut dengan aplikasi lain. Dan akhirnya, TERBUKA. Ku klik status dalam link tersebut. Aku menutup mulut, tanganku masih gemetar. Aku masih belum menyangka. Kutelpon seorang teman yang lebih paham masalah ini. “Halo ka?” tanyaku “Ya?” jawabnya dari balik telepon “Hari ini pengumuman. Kalau tulisannya lolos substansi itu artinya apa?” tanyaku dengan suara bergetar “Artinya kamu lolos!” jawabnya bahagia. Hari ini, 16 September 2019, akhirnya yang kuikhtiarkan sejak meminta izin pada Ibu Desember 2018 silam, menampakkan hasilnya. Hampir 10 bulan terlewati, 2 lebaran ku lalu...

Impian #1 : Perjalanan

Impian akan membawa kita terbang. Semakin kita percaya dengan impian itu, semakin kita tak menyangka bahwa ia telah membawa kita jauh dari sebelumnya. Ada begitu banyak hal yang akan terlewati dalam proses pencapaiannya. Sehingga rasa-rasanya, rugi jika tak diabadikan dalam aksara. Seperti kata Pramoedya Ananta Toer, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian .” Tulisan ini in syaa Allah akan berkelanjutan. Inspirasinya berawal dari pemikiran kebanyakan orang yang hanya melihat hasil pencapaian seseorang. Hingga lupa ada proses yang mengorbankan banyak tangis, rindu, waktu, dan berbagai ujian fisik, materi hingga batin. Ketika setiap penonton melihat proses itu, maka mereka tidak akan mudah (lagi) menilai dan berkomentar, “Dia beruntung”, “Dia punya fasilitas lengkap”, atau “Dia punya orang dalam.” Setiap orang menjalani prosesnya dari titik nol hingga ia menja...