Langsung ke konten utama

Ramadhan Challange Part 29 : Mohon Maaf Lahir & Bathin


Tidak terasa esok sudah lebaran. Dan tak terasa juga hari ini sudah H-2 Ramadhan Challange 30 Days Writing blog. Selama ramadhan ada banyak kenangan yang kita buat untuk lebih dekat dengan-Nya. Dan selama challange ini pun ada banyak kisah yang ku tuliskan dalam blog pribadiku. Semoga akan tetap istiqomah dengan dua hal ini kedepannya.

Mohon maaf lahir & batin. Lagi jadi tranding topic di media sosial khususnya. Semua orang saling mengucapkan kalimat ini. Termasuk saya sendiri (alhamdulillah situ nyadar banyak dosa haha). Saling memohon maaf dan memberi maaf menurutku adalah sebuah kewajiban. Hal yang normal jika kita meminta maaf, karena tidak ada manusia yang sempurna dimuka bumi ini. Pasti akan selalu ada khilaf yang dilakukannya. Begitu pun dengan memberi maaf. Ini mungkin agak sulit bagi sebagian orang. Apalagi jika sudah bicara hati (duh pake bicara ati lagi, kan jadinya nyesek, separuh hatiku gak tau ke gantung dimana. Mungkin lagi i'tikaf dimasjid yah..uhuyyy 😆). Namun, bagaimana pun sakit dan perihnya orang yang menyakiti kita, dengan lapang hati kita berusaha untuk memaafkannya. Karena mereka yang bersabar dan memaafkan orang lain akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT.

“Maukah aku ceritakan kepadamu mengenai sesuatu yang membuat Allah memualiakan bangunan dan meninggikan derajatmu? Para sahabat menjawab : Tentu. Rasul pun bersabda : Kamu harus bersikap sabar kepada orang yang membencimu, kemudian memaafkan orang yang berbuat dzalim kepadamu, memberi kepada orang yang memusuhimu dan juga menghubungi orang yang telah memutuskan silaturahmi denganmu" (HR.Thabrani)

Saya pun masih belajar untuk menjalankan perintah Rasulullah yang satu ini. Kalau untuk memaafkan sih saya In shaa Allah, seiring berjalannya waktu, cepat untuk melupakan kesalahan orang lain. Yah, untuk apa juga dingat -ingat. Bikin jadi penyakit hati sajakan. Malah kita yang rugi. Memaafkan juga buat kita jadi dewasa loh (bener loh ini, saya juga ngerasa cool /baca : keren bukan dingin, saat memaafkan orang yang biasa nyakitinlah, dan ngerasa saya itu dewasa walaupun masih ingusan sebenarnya 😆 , tapi dicoba deh). Namun, mungkin untuk menjalin silaturrahim itu yang agak sulit. Karena biasanya malu saja untuk memulai. Dan ini juga yang mungkin dirasakan beberapa orang diluar sana. Doakanlah yah bareng-bareng bisa terapkan semua perintah-Nya dan hadist Rasul Allah.

Dan in shaa Allah, semoga esok, dihari lebaran, tidak hanya baju kita yang baru, tapi hati kita pun menjadi baru, kembali fitrah menyambut kemenangan. Amin amin ya Rabb.

Minal aidin wal faidzin
Mohon maaf lahir & bathin 😊😇

#RamadhanChallange
#30DWB
#NulisRundom2017
#H--2

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenapa Memilih Menjadi Dosen dan Bagaimana Proses Persiapannya?

Tulisan ini kudedikasikan untuk diriku sendiri sebagai pengingat akan niat dan tujuan mengapa memilih karir ini. Dan selebihnya, semoga ada manfaat yang bisa diperoleh pembaca dalam proses perjalanannya. *** Pic: Buku yang digunakan sebagai bahan ajar “Kenapa ingin jadi dosen?” tanya seorang interviewer saat saya sedang mengikuti wawancara CPSN.  Saya pun mencoba menjawab pertanyaan ini “Pertama, pilihan karir dosen menjadi wadah saya untuk bisa bermanfaat tidak hanya melalui pengajaran, namun juga menyebarluaskannya melalui tulisan/publikasi, dan mengaplikasikannya dengan pengabdian kepada masyarakat. Dan semoga bisa menjadi amalan saya juga ketika sudah tidak ada di dunia, melalui ilmu yang bermanfaat sebagai amal jariah yang tidak terputus. Kedua, saya merasa punya tanggung jawab setelah mendapat privilege untuk bisa sekolah tinggi, melalui beasiswa pula sejak S1 hingga S2, dimana masih banyak orang lain yang tidak bisa mengenyam kesempatan ini, yang mungkin bahkan saya pikir m...

Setelah penjelajahan ini, Akhirnya…

Saat sedang membaca novel Tere Liye, berjudul 'Tentang Kamu', tiba-tiba hpku bergetar. Sebuah notiviasi pesan masuk. Kusapu layar handphone untuk melihatnya. Tanganku tiba-tiba gemetar. Tak berpikir panjang, kubuka sebuah situs di google. Berkali-kali ku coba, tak kunjung bisa masuk.  Jantungku semakin berdegup kenjang. Ditambah jari-jariku yang terus gemetar. Kucoba membuka situs tersebut dengan aplikasi lain. Dan akhirnya, TERBUKA. Ku klik status dalam link tersebut. Aku menutup mulut, tanganku masih gemetar. Aku masih belum menyangka. Kutelpon seorang teman yang lebih paham masalah ini. “Halo ka?” tanyaku “Ya?” jawabnya dari balik telepon “Hari ini pengumuman. Kalau tulisannya lolos substansi itu artinya apa?” tanyaku dengan suara bergetar “Artinya kamu lolos!” jawabnya bahagia. Hari ini, 16 September 2019, akhirnya yang kuikhtiarkan sejak meminta izin pada Ibu Desember 2018 silam, menampakkan hasilnya. Hampir 10 bulan terlewati, 2 lebaran ku lalu...

Impian #1 : Perjalanan

Impian akan membawa kita terbang. Semakin kita percaya dengan impian itu, semakin kita tak menyangka bahwa ia telah membawa kita jauh dari sebelumnya. Ada begitu banyak hal yang akan terlewati dalam proses pencapaiannya. Sehingga rasa-rasanya, rugi jika tak diabadikan dalam aksara. Seperti kata Pramoedya Ananta Toer, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian .” Tulisan ini in syaa Allah akan berkelanjutan. Inspirasinya berawal dari pemikiran kebanyakan orang yang hanya melihat hasil pencapaian seseorang. Hingga lupa ada proses yang mengorbankan banyak tangis, rindu, waktu, dan berbagai ujian fisik, materi hingga batin. Ketika setiap penonton melihat proses itu, maka mereka tidak akan mudah (lagi) menilai dan berkomentar, “Dia beruntung”, “Dia punya fasilitas lengkap”, atau “Dia punya orang dalam.” Setiap orang menjalani prosesnya dari titik nol hingga ia menja...