Langsung ke konten utama

My Hijrah : Goodbye Celana Jeans Welcome Kos Kaki




Proses. Itu yang kujalani sekarang. Sedikit demi sedikit untuk berubah. Aku tidak tahu kapan bisa berubah secara total. Tapi ku yakin akan menjalankannya secara kaffah.

Sedikit demi sedikit. Itu kata mereka yang sudah lebih dulu hijrah. Merekapun mengalami hal yang sama denganku diawal. Perubahan itu harus diiringi dengan ilmu jika ingin istiqomah. Itu yang ku pahami.

Tidak mudah merubah penampilan. Apalagi dengan diriku yang suka tergoda untuk mengikuti penampilan hijab styles ala selebriti. Tampil elegan dengan mode terbaru. Terkadang, ketika membuka online shop atau hanya sekedar stalking instagram selebriti hijabers, membuatku terpikat untuk mengikuti gaya mereka dan action untuk hijrah itupun kembali diurungkan.

Seringkali kemauan untuk meninggalkan jeans itu ku lakukan. Masih teringat dalam bayangku, waktu itu aku berjanji untuk tidak menggunakan jeans lagi. Bahkan, ada temanku yang ikut membantuku memisahkan jeansku ke tas pakaian yang tak terpakai. Namun, hanya beberapa hari berselang, aku kembali menggunakannya. Begitupun degan aurat kedua kakiku. Keinginan untuk menutup aurat sesuai syariat islam pun pernah ku lakukan. Namun lagi, hanya bertahan beberapa hari saja. Alasannya karena malas menggunakannya.

Sekarang ku bulatkan tekad untuk benar-benar bisa berubah. Ku tinggalkan jeans dikampung halaman, agar tak ada alasan lagi bagiku untuk menggunakannya diperantauan. Begitu juga dengan kos kaki. Ku biasakan tuk menggunakannya, ketika bertemu dengan mereka yang bukan mahramku. Agak ribet memang menurutku. Karena harus membuka dan melepasnya ketika harus ke kamar mandi. Tapi, aku belajar untuk membiasakannya.

Asma’ binti Abu Bakar pernah menemui Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam dengan memakai pakaian yang tipis. Maka Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam pun berpaling darinya dan bersabda, “wahai Asma’, sesungguhnya seorang wanita itu jika sudah haidh (sudah baligh), tidak boleh terlihat dari dirinya kecuali ini dan ini”, beliau menunjuk wajahnya dan kedua telapak tangannya. (HR. Abu Daud)

Sembari ku biasakan diriku dengan perubahan itu, sembari ku mencari dan mempelajari ilmu agama. Aku akan senang dan bangga untuk mengatakan “Goodbye Celana Jeans and Welcome Kos kaki”

Bismillah. Semoga Istiqomah.

Kamu juga ya ukhti ðŸ˜Š

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenapa Memilih Menjadi Dosen dan Bagaimana Proses Persiapannya?

Tulisan ini kudedikasikan untuk diriku sendiri sebagai pengingat akan niat dan tujuan mengapa memilih karir ini. Dan selebihnya, semoga ada manfaat yang bisa diperoleh pembaca dalam proses perjalanannya. *** Pic: Buku yang digunakan sebagai bahan ajar “Kenapa ingin jadi dosen?” tanya seorang interviewer saat saya sedang mengikuti wawancara CPSN.  Saya pun mencoba menjawab pertanyaan ini “Pertama, pilihan karir dosen menjadi wadah saya untuk bisa bermanfaat tidak hanya melalui pengajaran, namun juga menyebarluaskannya melalui tulisan/publikasi, dan mengaplikasikannya dengan pengabdian kepada masyarakat. Dan semoga bisa menjadi amalan saya juga ketika sudah tidak ada di dunia, melalui ilmu yang bermanfaat sebagai amal jariah yang tidak terputus. Kedua, saya merasa punya tanggung jawab setelah mendapat privilege untuk bisa sekolah tinggi, melalui beasiswa pula sejak S1 hingga S2, dimana masih banyak orang lain yang tidak bisa mengenyam kesempatan ini, yang mungkin bahkan saya pikir m...

Refleksi Waktu: Tentang Pertemuan dan Menciptakan Kenangan

  “Tuhan izinkan kita silaturahmi, adalah juga untuk saling ingatkan, saling mendoakan” ~Satriadi Indarmawan Saya tidak tahu tepatnya kapan Pak Dadit mulai mulai menulis dan membagikan tulisannya, namun dalam catatanku tulisan pertama Bapak dikirimkan pada 19 Oktober 2021. Di tanggal yang sama yaitu tanggal 19 April 2025 di Kota Semarang, buku yang berisi tulisan-tulisan itu telah dibingkai dalam buku yang berjudul “Refleksi Waktu”. Senang bercampur haru ketika menyaksikan teman-teman yang berbagi pemaknaannya atas tulisan-tulisan Bapak, yang ternyata tidak hanya memberi kesan, namun juga tulisan-tulisan itu bisa menjadi teman berbagi kesedihan serta penyemangat hati yang kelelahan. Di hari perilisan buku ini pula, menjadi pertemuan kedua dengan Bapak setelah hampir se-dekade tidak bertemu secara langsung. Dan di hari berbahagia ini juga, menjadi pertemuan perdana dengan kawan-kawan baru yang tak saling kenal sebelumnya. Dulu, saat pertama kali bertemu Pak Dadit, saya masih...

Setelah penjelajahan ini, Akhirnya…

Saat sedang membaca novel Tere Liye, berjudul 'Tentang Kamu', tiba-tiba hpku bergetar. Sebuah notiviasi pesan masuk. Kusapu layar handphone untuk melihatnya. Tanganku tiba-tiba gemetar. Tak berpikir panjang, kubuka sebuah situs di google. Berkali-kali ku coba, tak kunjung bisa masuk.  Jantungku semakin berdegup kenjang. Ditambah jari-jariku yang terus gemetar. Kucoba membuka situs tersebut dengan aplikasi lain. Dan akhirnya, TERBUKA. Ku klik status dalam link tersebut. Aku menutup mulut, tanganku masih gemetar. Aku masih belum menyangka. Kutelpon seorang teman yang lebih paham masalah ini. “Halo ka?” tanyaku “Ya?” jawabnya dari balik telepon “Hari ini pengumuman. Kalau tulisannya lolos substansi itu artinya apa?” tanyaku dengan suara bergetar “Artinya kamu lolos!” jawabnya bahagia. Hari ini, 16 September 2019, akhirnya yang kuikhtiarkan sejak meminta izin pada Ibu Desember 2018 silam, menampakkan hasilnya. Hampir 10 bulan terlewati, 2 lebaran ku lalu...