Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2018

Palu Bangkit : Masihkah Kau Ragukan Kebesaran-Nya?

Katakanlah "siapakah yang dapat melindungimu dari (ketentuan) Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?" Mereka itu tidak akan mendapat pelindung dan penolong selain Allah. (Qs. Al-Ahzab : 17) Tiap hari media tak pernah absen mengabarkan kondisi terbaru seputar kondisi kota Palu dan sekitarnya. Tiap hari pula rasa-rasanya masih tak percaya, bahwa aku dan kami yang selamat lolos dari musibah maha dahsyat yang untuk pertama kalinya terjadi dalam hidup kami. Tak cukup sampai disitu, usai bencana, Tuhan tak henti-hentinya memperlihatkan kebesaran dan keangugannya lewat berbagai saksi mata hidup juga mati. Masjid terapung di pinggir pantai Talise yang berdiri dengan kokohnya seakan-akan tak bergeming, bahwa baru saja badai menyapu pinggiran pantai hingga 3 sampai 6 meter tingginya. Sedangkan Jembatan kuning yang begitu kokoh dan megahnya tak berdaya ketika disambar dentuman gempa dan ombak yang bertubi datangnya. Rumah yang tetap berdiri

Palu Bangkit : Sahabat

"Merantaulah. Kau kan dapatkan pengganti kerabat dan kawan." Imam Al-Ghazali Kenapa Palu menjadi kota yang selalu indah dan takkan terhapus dalam kenangan sejarah hidupku, karena Kota Palu adalah tempat dimana ku temulan kerabat dan kawan seperti yang disampaikan oleh Imam Al-Ghazali. Para sahabat baik yang selalu menjadi tempaku belajar dan belajar. Berproses dan bertumbuh. Dibalik segala kekurangan seorang gadis pemalu, merekalah para sahabat yang meng Make Over diriku menjadi tampil berbeda. Bukan menawarkanku untuk memakai lipstik, foundation atau mencoba berbagai tutorial make up, tapi lebih dari itu. Mereka membantuku untuk keluar dari zona nyaman dan menjadi lebih berani untuk menatap hidup yang lebih berwarna. "Ada lomba menulis nih, kuy pada daftar" "Eh ada info beasiswa ini jangan lupa daftar yah" "Kalian udah daftar event itu blom, buru jangan deadline!" Tak hanya saling memotivasi untuk berkarya dan berprestasi, mereka jug

Palu Bangkit : Orang Hilang

"Mohon informasinya jika melihat 3 orang ini. Yakni seorang kakek yang biasa berjualan roti di kampus Untad. Seorang kakek yang biasa berjualan es tong-tong sambil berjalan kaki. Dan seorang nenek yang biasa berjualan buku sambil berjalan kaki di sekitar depan gerbang kampus hingga lampu merah kartini." Tiga orang di atas bukanlah keluargaku, tapi aku sangat tertarik dengan kegigihan dan kerja keras para orangtua tersebut sejak Palu belum di guncang bencana. Mereka adalah sosok-sosok inspirasiku dalam memaknai hidup untuk terus bersyukur. Mereka adalah kakek dan nenek yang pantang meminta belas kasih walaupun umurnya telah jauh dari usia produktif lagi. Si kakek penjual roti kerap ku temui di kampus. Berkeliling mengitari kampus Untad ke tiap fakultasnya. Dari gerbang utama Untad hingga Rektorat saja sudah cukup jauh bagiku. Dan beliau mengitari tiap fakultas, tiap kelas, yang luasnya hingga puluhan hektar itu? Tak cukup sampai disitu ternyata ia berjalan kaki mulai dari

Palu Bangkit : Lahirnya Mimpi

"Mungkin rezeki kita ada di tempat lain atau bahkan negara lain" ~ Ipho Santoso Begitulah kalimat Kang Ipho Santoso yang merupakan pengusaha, motivator juga penulis best seller "7 Keajaiban Rezeki." Apa yang ia katakan sungguhlah benar. Pengalaman itu aku alami sendiri. 17 tahun di kampung halaman dan akhirnya memutuskan untuk merantau ke kota lain untuk menuntut ilmu. Kota tempatku memijakan kaki pertama kali adalah kota Palu, sebelum akhirnya kaki ini bisa memijak di kota-kota lainnya. Ku ingat betul saat itu, aku hanyalah seorang gadis remaja, yang pemalu dan pendiam, untuk pertama kalinya harus berjuang mandiri di kota baru. Tentu tak mudah, khususnya bagi karakter introvert yang harus menyesuaikan dengan lingkugan dan suasana baru. Namun, itu adalah pilihanku. Maka aku harus hadapi tantangannya. Aku keluar dari zona nyaman kampung halaman yang serba lapang, dan menjadi anak rantau yang harus mandiri dan kuat. Aku sudah getol, bahwa di kota ini aku akan menj

Palu Bangkit : Keluarga Baru

"Duka Ini, Duka Kita" Semenjak bencana melanda kota Palu 28 Oktober 2018 silam, kini Palu punya banyak keluarga baru. Tak hanya berasal dari dalam negeri, bahkan hingga ke luar negeri. Doa, dukungan, bantuan materi hingga relawan tak henti-hentinya mengalir ke kota ini. Ada begitu banyak orang yang peduli. Duka yang dirasakan oleh masyarakat kota Palu, seakan juga menjadi duka bangsa dan dunia. Saya masih ingat ketika hari ke dua pasca bencana, di lokasi pengungsian, saat itu jaringan beberapa saat bagus, saya menerima sms masuk yang bertubi-tubi menanyakan kabar dan menawarkan bantuan. "Ka suci gimana ka? Kami sangat khawatir disini tolong berkabar yah ?" "Miss gimana disana miss, baik-baik sajakan ?" "Suci saya dari baznas, ini kontak teman di lapagan yang bisa kamu hubungi saat butuh sesuatu, saya juga akan coba bantu dari sini" Bahkan ada kontak-kontak baru yang pun tak saya ketahui menanyakan kabar dan bantuan. Dan saya yakin buka

Palu Bangkit : Lingkaran

"Don't judge the book by its cover." Sudah lebih dari seminggu pasca tsunami dan gempa yang melanda kota Palu. Meskipun sudah kembali ke kampung halaman dan berada di luar kota Palu, saya masih tetap memantau kota rantauanku itu dari media dan teman-teman yang masih ada disana. Terutama terkait berita-berita yang beredar di sosial media. Kadang saya mencari tahu kebenaran suatu isu dari teman-teman disana apabila saya menemukan hal-hal yang memang wajib dicari tahu kebenarannya agar tak termakan hoax. "Benar nda disana ada kayak gini? Trus disana katanya begini? Eh saya dapat di grup sebelah seperti ini, emang benar dilapangan seperti itu?" Kadang jawabannya ada yang fakta, tapi banyak juga yang hoax. Namun yang menarik dari postingan-postingan yang beredar terutama di grup whatsap dan facebook adalah postingan yang menunjukkan, bahwa kota Palu itu bad. Dengan kasus penjarahnnya, keserakahannya, hingga menyangkut pem-plot-plotan wilayah A,B, C yang penuh d