Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Hey 21 Tahun

21 tahun. Menurut orang-orang angka 21 masihlah muda. Namun bagiku justru kebalikannya. Ketika menginjak angka kepala dua, artinya kamu sudah masuk di usia “Dewasa”. Baik dewasa secara fisik. Dewasa dalam berpikir. Dewasa dalam memutuskan. Dewasa dalam menyelesaikan berbagai permasalahan. Dan dewasa dalam memilih siapa saja yang akan bersamamu saat ini dan di masa yang akan datang.  21 tahun. Usia dimana kamu tidak boleh ogah-ogahan untuk mempersiapkan jangka pendek dan jangka panjang kedepan dalam hidupmu. Termasuk memikirkan tentang, kapan kamu akan menikah, bagaimana menjadi seorang istri dan ibu yang baik, pekerjaan apa yang kamu inginkan, siapa saja orang-orang yang harus segera kamu bahagiakan dan kapan kamu mewujudkannya.  Kamu harus memikirkan dan mempersiapkannya dari sekarang. 21 tahun. Bagiku adalah usia pemantasan dan pembuktian. Pemantasan bahwa kamu layak mempertahankan “idealisme” mu dalam bermimpi. Dan akan selalu butuh pembuktian. Bukan untuk mereka yang

Palu Bangkit : Pilihan!

"Merealisasikan mimpi adalah akumulasi dari kerja keras, perencanaan yang matang, konsistensi yang tinggi serta kesabaran dalam waktu yang lama. Jika belum memilikinya, renungkan kembali semangatmu!" ¬ Ario Muhammad (Penulis Buku) Hidup selalu identik dengan pilihan. Jika ada yang diperjuangkan, maka harus ada yang dikorbankan. Begitulah mekanismenya. Tapi tahu tidak, dengan berbagai pilihan itu kita bisa semakin mendewasa. Karena kita belajar menerima resiko dan dampak dari pilihan kita sendiri. Dalam sehari, kita bisa memutuskan puluhan pilihan. Mulai dari memilih sarapan nasi atau roti. Membaca buku atau webtoon . Menonton sinetron atau berita. Hingga keputusan besar, seperti memilih lanjut kuliah atau bekerja. Wanita karir atau ibu rumah tangga. Pergi atau tetap tinggal. Keputusan besar selalu identik dengan “Zona Nyaman” dan “Idealisme.” Contohnya, ada begitu banyak orang yang punya impian untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya, namun ada pilihan lain yakni

Palu Bangkit : Tadulako Menginspirasi

 "Tadulako Kuat, Tadulako Bangkit." Awalnya, kami pikir bahwa kegiatan ini tidak akan terlaksana di tahun ini, karena bencana yang menimpa Kota Palu kemarin, membuat timeline kegiatan tak berjalan sesuai rencana. Namun di luar dugaan, ternyata bencana tak membuat semangat teman-teman pupus. Keren sekali kan mereka. Dengan mengusung tema, "Tadulako Kuat, Tadulako Bangkit." Tadulako Menginspirasi merupakan kegiatan tahunan yang dilaksanakan oleh Komunitas anakUntad. Jika sahabat biasa menonton TEDX, seperti itulah bentuk kegiatan ini. Menghadirkan para bintang yang punya segudang prestasi dan karya serta bermanfaat untuk banyak orang. Jika TEDX Indonesia biasanya menghadirkan para tokoh ternama seperti Ridwan Kamil atau Anies Baswedan, maka Tadulako Menginspirasi menghadirkan mahasiswa atau fresh graduate Universitas Tadulako. Tujuan kegiatan ini untuk memberi semangat dan virus menginspirasi dari para inspirator, sehingga dapat menjadi Role Model b

Palu Bangkit : Pak Togar dari Jawa

“Pada akhirnya, setiap orang harus dan wajib mengambil peran untuk berbuat baik. Menyuarakan yang baik. Menceritakan yang baik. Melangkah yang baik. Agar energi dan getaran positif senantiasa ada di Indonesia. Agar tulisan-tulisan sejarah ke masa depan semakin baik untuk dibaca. Segerakan ambil peranmu.” ~ Satriadi Indarmawan (Founder Yayasan Karya Salemba Empat) Masih berkaitan dengan orang baik. Saya ingin berkisah tentang seseorang yang banyak menginspirasi para anak muda termasuk saya sendiri. Saya pertama kali bertemu beliau pada tahun 2015 di Seminar dan Workshop yang dilaksanakan oleh Paguyuban Karya Salemba Empat Universitas Tadulako. Waktu itu saya sedang manjadi hunter scholarship . Entah ada berapa beasiswa yang ku apply pada saat itu, sebelum akhirnya tahun 2016 saya diterima menjadi penerima beasiswa KSE. Saat beliau menjadi pemateri di seminar, saya berusaha untuk tetap fokus. Pikirku, jika ingin mendapat beasiswa ini, maka saya harus tahu tujuan bea

Palu Bangkit : Orang Baik

‘’Aksi = Reaksi’’ Saya sempat menuliskan tentang ‘ ’Teruslah Berbuat Baik’’ di buku pertama saya ‘’Tuhan, Aku Rindu.’’ Saya selalu percaya pesan Bapak saya, bahwa ketika kita baik pada orang, maka   orang lain pun akan baik dengan diri kita. Dulu saya tipekel orang egois. Lebih mementingkan diri sendiri daripada orang lain. Tidak ingin pusing dengan sekitar. Duniaku ya hidupku. Namun, semuanya berubah ketika saya memutuskan merantau. Saya tahu, bahwa hidup di perantaun itu tak seenak hidup di rumah. Sehingga, jika saya masih bersikukuh dengan sifat egoisku, mustahil orang lain akan memperdulikan atau membantuku. Apalagi di perantauan saya adalah orang baru yang jauh dari keluarga, sehingga pasti butuh bantuan orang lain. Wejangan Bapak benar-benar mujarab. Masya Allah, banyak sekali kemudahan yang Allah beri. Baik dalam kuliah maupun organisasi. Contohnya, sejak kuliah saya tidak memiliki laptop. Tapi Allah mudahkan saya bisa mengerjakan tugas, skripsi bahkan menyeles

Palu Bangkit : Semangat Wisudawan Menginspirasi

“Perekonomian, kondisi fisik, bukanlah halangan kita untuk mencapai cita-cita kita. Allah melihat dan Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan hambanya yang bersungguh-sungguh. Man jadda wa jadda. Harus selalu diingat, kesabaran pasti selalu berbuah manis.” ~ Sunik Frentiana Saya sangat suka sekali belajar dari pengalaman orang lain. Saya takkan sungkan bertanya kepada mereka tentang motivasi dan semangatnya untuk berkarya. Saya selalu mengagumi orang-orang di sekitar saya yang punya kemauan dan tekad besar untuk bermanfaat bagi banyak orang. Bagiku, mereka menjadi suntikan energi jiwa untuk juga bisa tuk terus bermanfaat. Tahukah kita, ada banyak sekali orang baik di luaran sana. Mereka tak eksis di dunia maya. Mereka pun tak mencari popularitas di zaman milenial ini. Ketulusan hati mereka kadang membuat saya pribadi iri. Era dimana orang-orang sibuk untuk eksistensi diri, tapi mereka lebih memilih sibuk menebar kebaikan dalam kesunyian. Saya jadi teringat dengan kisah Uwa

Palu Bangkit : Kita Wisuda

“Gedung runtuh tak berarti semangat harus runtuh. Auditorium roboh tak berarti wisuda batal.” Alhamdulillah, punya kesempatan lagi untuk melanjutkan challenge menyelesaikan 30 tulisan. Yah walaupun tidak secara berurutan setiap hari. Kali ini saya ingin mengabadikan momen yang pada umumnya spesial untuk mereka yang berstatus mahasiswa lewat tulisan blog ini. Yaps, Wisuda. Akhirnya, pertanyaan “Kapan Wisuda” yang entah sudah berapa kali ditanyakan oleh orang-orang yang ku kenal maupun tidak bisa ku jawab juga. Tapi anehnya, pertanyaan “Kapan” tidak berhenti hanya disitu saja. Masih ada banyak pertanyaan “Kapan” yang masih belum terjawab. Biarkan Allah, doa dan waktu yang menjawabnya. Saya ingin sedikit bercerita tentang wisuda kemarin. Bagi kebanyakan orang, wisuda menjadi momen spesial yang sangat ditunggu-tunggu. Untuk kamu yang merasa mahasiswa tentu sangat familiar dengan rutinitas laporan, acc, makalah, diskusi, individu, kelompok, proposal, hasil, dan skripsi.

Palu Bangkit : Masihkah Kau Ragukan Kebesaran-Nya?

Katakanlah "siapakah yang dapat melindungimu dari (ketentuan) Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?" Mereka itu tidak akan mendapat pelindung dan penolong selain Allah. (Qs. Al-Ahzab : 17) Tiap hari media tak pernah absen mengabarkan kondisi terbaru seputar kondisi kota Palu dan sekitarnya. Tiap hari pula rasa-rasanya masih tak percaya, bahwa aku dan kami yang selamat lolos dari musibah maha dahsyat yang untuk pertama kalinya terjadi dalam hidup kami. Tak cukup sampai disitu, usai bencana, Tuhan tak henti-hentinya memperlihatkan kebesaran dan keangugannya lewat berbagai saksi mata hidup juga mati. Masjid terapung di pinggir pantai Talise yang berdiri dengan kokohnya seakan-akan tak bergeming, bahwa baru saja badai menyapu pinggiran pantai hingga 3 sampai 6 meter tingginya. Sedangkan Jembatan kuning yang begitu kokoh dan megahnya tak berdaya ketika disambar dentuman gempa dan ombak yang bertubi datangnya. Rumah yang tetap berdiri

Palu Bangkit : Sahabat

"Merantaulah. Kau kan dapatkan pengganti kerabat dan kawan." Imam Al-Ghazali Kenapa Palu menjadi kota yang selalu indah dan takkan terhapus dalam kenangan sejarah hidupku, karena Kota Palu adalah tempat dimana ku temulan kerabat dan kawan seperti yang disampaikan oleh Imam Al-Ghazali. Para sahabat baik yang selalu menjadi tempaku belajar dan belajar. Berproses dan bertumbuh. Dibalik segala kekurangan seorang gadis pemalu, merekalah para sahabat yang meng Make Over diriku menjadi tampil berbeda. Bukan menawarkanku untuk memakai lipstik, foundation atau mencoba berbagai tutorial make up, tapi lebih dari itu. Mereka membantuku untuk keluar dari zona nyaman dan menjadi lebih berani untuk menatap hidup yang lebih berwarna. "Ada lomba menulis nih, kuy pada daftar" "Eh ada info beasiswa ini jangan lupa daftar yah" "Kalian udah daftar event itu blom, buru jangan deadline!" Tak hanya saling memotivasi untuk berkarya dan berprestasi, mereka jug

Palu Bangkit : Orang Hilang

"Mohon informasinya jika melihat 3 orang ini. Yakni seorang kakek yang biasa berjualan roti di kampus Untad. Seorang kakek yang biasa berjualan es tong-tong sambil berjalan kaki. Dan seorang nenek yang biasa berjualan buku sambil berjalan kaki di sekitar depan gerbang kampus hingga lampu merah kartini." Tiga orang di atas bukanlah keluargaku, tapi aku sangat tertarik dengan kegigihan dan kerja keras para orangtua tersebut sejak Palu belum di guncang bencana. Mereka adalah sosok-sosok inspirasiku dalam memaknai hidup untuk terus bersyukur. Mereka adalah kakek dan nenek yang pantang meminta belas kasih walaupun umurnya telah jauh dari usia produktif lagi. Si kakek penjual roti kerap ku temui di kampus. Berkeliling mengitari kampus Untad ke tiap fakultasnya. Dari gerbang utama Untad hingga Rektorat saja sudah cukup jauh bagiku. Dan beliau mengitari tiap fakultas, tiap kelas, yang luasnya hingga puluhan hektar itu? Tak cukup sampai disitu ternyata ia berjalan kaki mulai dari

Palu Bangkit : Lahirnya Mimpi

"Mungkin rezeki kita ada di tempat lain atau bahkan negara lain" ~ Ipho Santoso Begitulah kalimat Kang Ipho Santoso yang merupakan pengusaha, motivator juga penulis best seller "7 Keajaiban Rezeki." Apa yang ia katakan sungguhlah benar. Pengalaman itu aku alami sendiri. 17 tahun di kampung halaman dan akhirnya memutuskan untuk merantau ke kota lain untuk menuntut ilmu. Kota tempatku memijakan kaki pertama kali adalah kota Palu, sebelum akhirnya kaki ini bisa memijak di kota-kota lainnya. Ku ingat betul saat itu, aku hanyalah seorang gadis remaja, yang pemalu dan pendiam, untuk pertama kalinya harus berjuang mandiri di kota baru. Tentu tak mudah, khususnya bagi karakter introvert yang harus menyesuaikan dengan lingkugan dan suasana baru. Namun, itu adalah pilihanku. Maka aku harus hadapi tantangannya. Aku keluar dari zona nyaman kampung halaman yang serba lapang, dan menjadi anak rantau yang harus mandiri dan kuat. Aku sudah getol, bahwa di kota ini aku akan menj

Palu Bangkit : Keluarga Baru

"Duka Ini, Duka Kita" Semenjak bencana melanda kota Palu 28 Oktober 2018 silam, kini Palu punya banyak keluarga baru. Tak hanya berasal dari dalam negeri, bahkan hingga ke luar negeri. Doa, dukungan, bantuan materi hingga relawan tak henti-hentinya mengalir ke kota ini. Ada begitu banyak orang yang peduli. Duka yang dirasakan oleh masyarakat kota Palu, seakan juga menjadi duka bangsa dan dunia. Saya masih ingat ketika hari ke dua pasca bencana, di lokasi pengungsian, saat itu jaringan beberapa saat bagus, saya menerima sms masuk yang bertubi-tubi menanyakan kabar dan menawarkan bantuan. "Ka suci gimana ka? Kami sangat khawatir disini tolong berkabar yah ?" "Miss gimana disana miss, baik-baik sajakan ?" "Suci saya dari baznas, ini kontak teman di lapagan yang bisa kamu hubungi saat butuh sesuatu, saya juga akan coba bantu dari sini" Bahkan ada kontak-kontak baru yang pun tak saya ketahui menanyakan kabar dan bantuan. Dan saya yakin buka

Palu Bangkit : Lingkaran

"Don't judge the book by its cover." Sudah lebih dari seminggu pasca tsunami dan gempa yang melanda kota Palu. Meskipun sudah kembali ke kampung halaman dan berada di luar kota Palu, saya masih tetap memantau kota rantauanku itu dari media dan teman-teman yang masih ada disana. Terutama terkait berita-berita yang beredar di sosial media. Kadang saya mencari tahu kebenaran suatu isu dari teman-teman disana apabila saya menemukan hal-hal yang memang wajib dicari tahu kebenarannya agar tak termakan hoax. "Benar nda disana ada kayak gini? Trus disana katanya begini? Eh saya dapat di grup sebelah seperti ini, emang benar dilapangan seperti itu?" Kadang jawabannya ada yang fakta, tapi banyak juga yang hoax. Namun yang menarik dari postingan-postingan yang beredar terutama di grup whatsap dan facebook adalah postingan yang menunjukkan, bahwa kota Palu itu bad. Dengan kasus penjarahnnya, keserakahannya, hingga menyangkut pem-plot-plotan wilayah A,B, C yang penuh d