Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Trias Muslimatika: Kuliah, Kerja atau Nikah?

Kok beli buku itu sih Ci? Lah, kamu kan belum punya anak Ci, ngapaian baca buku parenting? Kurang lebih seperti itulah pertanyaan beberapa teman saya. Sejujurnya saya memang sedang consern untuk membaca hal-hal yang berkaitan dengan wanita, parenting dan mental disorder. Termasuk juga sex abuse yang beritanya sering wara-wiri di media online ataupun layar televisi. Berangkat dari fenomena itulah akhirnya saya sadar berbagai permasalahan itu terjadi selalu bersinggungan dengan pola asuh (parenting) yang tidak lain menjadi peran saya nantinya. Iya, masih nanti, soalnya hilal jodonya belum tampak sekarang. Meskipun nanti, justru saya pikir butuh persiapan sebelum akhirnya tiba di momen itu. Kenapa? Yah itu tadi, agar problem yang terjadi di masyarakat, setidaknya menjadi pelajaran buat saya, maka dengan ilmu itulah menjadi bentuk ikhtiar saya agar hal yang sama tidak terjadi lagi paling minimal bagi saya dan lingkungan sekitarku. Lalu, kenapa saya memilih buku Trias M

A Book A Week Challenge

Beberapa fakta yang membuat saya membuat challenge ini ke diri sendiri Pertama, nyatanya segala sesuatu akan dihisab. Tumpulan baju dilemari, ilmu dari bocil sampai sekarang, termasuk juga buku-buku ini semua bakal dihisab. Kalau gak dibaca malah nambah dosa, jadi buru aja diabisin sebelum dipanggil Kedua, nyatanya peringkat PISA Indonesia ada diurutan 74 dari 79 negara. Karena rendahnya minat baca buku anak Indo. So, karena saya masih belom bisa ngasih apa-apa buat negeri ini, yaudah saya banyakin baca buku aja, kali aja ada mukjizat peringkat Indo nail tahun ini. Tapi btw, 22 tahun masih tergolong usia anak-anak nda yah? Haha Ketiga, nyatanya pulang kampung buat saja jadi anak rebahan. Nargetin baca buku perminggu setidaknya bisa buat idupku agak lebih berarti dikit lah yah, paling gak buat diri sendiri. Keempat, nyatanya saya masih punya buku simpanan di Jogja yang masih terbungkus rapi (artinya belum dibaca). Jadi, emang kudu habisin buku di kampung, biar gak bertumpuk

Jakarta : Pelajaran Hidup

“Don`t judge the book by its cover” Kalimat ini cocok sekali menggambarkan si kota metropolitan – Jakarta. Macet, banjir, belum lagi kasus-kasus kejahatan dan penipuan yang sering kulihat di layar kaca ataupun media online, sering terjadi di kota padat ini. Jakarta dengan beragam problematikanya, membuatku tak memasukkannya dalam list kota yang ingin kukunjungi. Namun nyatanya, Allah berkata lain. Jakarta menjadi tempatku untuk menimba ilmu selama lebih dari 3 bulan. Perjalanan menuju Jakarta, membuat pikiranku melayang membayangkan hal-hal buruk yang mungkin akan kualami. Rasanya, kota ini benar-benar tidak akan cocok denganku. ‘Lifestyle’ kota ini takkan bisa bergandengan denganku yang selow, tak suka diburu-buru dan simple. Menurutku, Jakarta adalah kota dimana orang-orangnya selalu ditutut untuk `upgrade` , khususnya dalam hal barang-barang konsumtif. Kemacetan dan bunyi klakson dimana-mana juga pasti membuat mereka stres, sehingga kupikir mereka akan lebih mudah ma

PB Enjoy ~ Be Grateful

25 November 2019 kami berjumpa. 12 orang yang jelas berbeda karakter, kebiasaan dan kesukaan. Sejak awal sebenarnya aku sudah penasaran, akan bertemu dengan orang-orang yang seperti apa. Allah pengen aku belajar apa kali ini dari orang-orang baru yang akan aku temui. Dan tadaa… 12 orang yang ternyata buat kupingku penuh dengan kebisingan, buat aku kadang terkejut dengan kata-kata pedes mereka, belum lagi dengan penataan bahasa mereka yang kudu pakai bahasa yang baik dan benar, sampai aku bingung, kami sebenarnya belajar grammar bahasa inggris atau Indonesia. But you know , meski bertolak belakang banget dengan karakterku yang lebih suka ketenangan dan kedamaian, I feel comfortable with them. I don`t know why, tapi waktu 3 bulan terasa cepat bareng mereka. Ada Mbak Uci yang suka banget ngomong, sampai kupikir kalau setiap kata yang keluar dari mulut Mba Uci dalam sehari, kalau diketik bisa jadi beberapa bab buku. Ada Mbak Fitri yang suka sekali jadi editor bahasa, plus j