Kisah dari mimpi #1 masih diizinkan-Nya berlanjut hingga hari ini. Sebulan berlalu setelah perjalanan menempuh luasnya samudra selama dua hari. Kita masuk pada proses menuju titik berikutnya. Belajar…Belajar…Belajar!
Saya jadi teringat kisah seorang teman saya yang sedang menjalani coas di Rumah Sakit. Ia sempat mengeluh karena padatnya rutinitas yang ia jalani setiap hari. Kurangnya jam tidur di tambah tekanan senioritas, buat ia sempat berpikir tuk keluar dari coas dan tidak ingin melanjutkannya. Hal serupa pun terjadi pada kami. Sebut saja kami para pejuang bahasa. Rutinitas kami selalu bergelut dengan dunia tata bahasa yang baik dan benar. Pukul 05.30 pagi sudah harus masuk kelas smpai jam 08.30 pagi. Lanjut lagi masuk 10.00 pagi – 01.00 siang. Masuk kembali jam 04.00 – 05.30 sore. Di lanjut kelas malam jam 07.30 – 09.00 malam. Totalnya ada enam kelas dalam sehari. Rutinitas itu dijalani dari Senin-Jumat. Belum lagi suguhan PR setiap harinya dan kelas tambahan di weekend. Ngebaca aja buat kalian sumpek kan, apalagi yang ngejalanin.
“Ci, enak yah disana,” kata temanku dari balik telpon
Hohoho. TENTU TIDAK.
Itu sebuah jawaban yang bukan jadi pernyataan keluhan yah. Rutinitas belajar seharian dan dilakukan setiap hari tentu buat kita lelah. Mulai dari otak, fisik hingga hati. Kamu mesti mencerna setiap materi dari tutor. Kamu harus menjaga tubuhmu untuk tetap tangguh, karena kurangnya istirahat ditambah cuaca yang tak tentu. Juga menjaga hatimu untuk tetap tegar dari perasaan homesick, godaan tak fokus, capek, hingga jenuh. Jadi, kalau ada yang bilang “Enak” yah jawabannya Tidak. Karena memang tidak ada proses yang enak. Proses akan selalu erat dengan jatuh, sakit, galau, lelah yang semuanya akan mengajarimu banyak hal hingga kamu terus bertumbuh dan menuai hasilnya. Tapi kami sangat bersyukur, karena bisa menjalani proses ini dan ada di titik ini sekarang. Jadi, cukup jalani prosenya. Dan tidak mengeluh dengan pilihanmu.
Lalu bagaimana dengan pertanyaan,
“Sebulan berlalu dengan rutinitas yang padat apa kamu merasa jenuh?”
Jenuh? Hmmmm saya tidak yakin. Mungkin lebih tepatnya sumpek. Tidak bisa dipungkiri saya sempat lelah dengan rutinitas padatnya belajar di akhir bulan kemarin. Maka, yang dibutuhkan orang lelah adalah istirahat bukan berhenti. Dan cara ampuh mengatasinya ya curhat sama Dia sang Pemberi Ketenangan dan Kedamaian. Hasilnya manjur banget.
Di tambah beberapa kenangan manis dengan orang-orang baru yang dikenalkan-Nya padaku membut perjalanan ini jadi lebih berwarna.
Proses ini masih panjang. Entah ada berapa anak tangga yang disiapkan Tuhan. Jika Dia mengijinkan, episode mimpi 23 masih akan berlanjut dan diabadikan melalui aksara. Semoga bisa jadi motivasi untuk para pembaca.
“Proses itu sama sekali tidak enak. Jika kamu tak ingin melewatinya, jangan pernh berani untuk bermimpi!” 09 Februari 2019 (Kediri)
Komentar
Posting Komentar