“Tetaplah ke sekolah meski kamu mati terbunuh,” gigih ibunda Samsiah kepada buah hatinya tercinta. Anaknya bernama Samsiah menjadi salah satu korban penyemprotan cairan asam dari segerombolan lelaki Afganistan yang anti sekolah. Ia menderita luka bakar paling parah dan memperoleh noda cacat di kelopak mata dan sebagian besar pipi kiri.
“Kalau anda tidak mengirim anak-anak gadis ke sekolah, musuh kalian yang menang,” seru kepala sekolah bergetar. Sejak kejadian penyemprotan cairan asam ke wajah para siswa, Sekolah Mirwais menjadi sepi. Namun itu tidak berlangsung lama, kini ada sekitar 1.300 siswi belajar disana tanpa jaminan keamanan. Kapan pun kekejian bisa menimpa mereka. Namun mereka tetap semangat untuk menempuh pendidikan.
Kisah ini menjadi sebuah tamparan untuk kita, khususnya saya pribadi. Yang mungkin ada masa dimana keluhan-keluhan terlontar saat belajar. Capek, lelah dan penat dengan berbagai pelajaran. Namun ternyata, ada adik-adik di luar sana yang bahkan harus berkorban nyawa untuk bisa baca dan tulis.
Hingga timbul pertanyaan di benak saya, kenapa Allah menempatkan saya atau pun kita di Indonesia yang aman dan tenang. Akses pendidikan dengan mudah kita perolah. Kenyamanan bersekolah tanpa rasa takut dan tegang tak terasa. Sedangkan ada anak-anak di belahan bumi yang lain, begitu besar berjuangnya untuk bisa bersekolah. Kenapa? Pikirku, karena yang tinggal di bumi Allah yang aman ini “memiliki peran”. Untuk membantu mereka. Itu lah tugas kita. Bukankah dibalik rezeki yang Allah peroleh ada hak-hak orang fakir miskin yang harus kita beri?
Namun sungguh, saya belum menemukan cara apa yang bisa saya lakukan tuk membantu saudari-saudariku disana. Tapi yang pasti tidak mengeluh dan memaksimalkan karunia yang sudah Allah beri tuk bisa bersekolah adalah salah satu langkah mensyukuri nikmatnya. Semoga dengan belajar dengan sungguh-sungguh dan menjadi orang yang cerdas, kita dapat menemukan jalan tuk mengambil peran membantu mereka.
Referensi : Be an Inspiring Muslimah (Kisah-Kisah Inspiratif Perjuangan Muslimah di Seluruh Dunia) Karya Yoli Hemdi (2015)
Komentar
Posting Komentar