Sejak SMA aku punya impian, sebelum menikah, aku ingin
menyelesaikan studi S2 terlebih dahulu. Motivasiku saat itu, salah satunya
adalah, karena aku ingin menjadi teladan untuk anakku kelak dalam hal
pendidikan. Bahwa terus belajar adalah hal penting dalam kehidupan. Ilmu
menjadi cahaya dalam bertutur dan berbuat. Keberkahan ilmu akan tercerminkan
dari sikap seseorang. Paling tidak, “Semangat Belajar” itu ingin kutumbuhkan
dan semoga bisa menjadi inspirasi untuk ia kelak.
Pengetahuan tidak hanya melulu bicara tentang bangku sekolah ataupun perkuliahan, namun memuat berbagai hal yang menjadi bagian dari proses belajar, tumbuh, dan berkembang. Dalam perjalanan mencapai cita-cita misalnya, ada berbagai pengalaman baru yang dilalui, dan kadang kala membuat takut. Namun keberanian itu kerap kali muncul, salah satunya diilhami dari “peran” sebagai seorang perempuan yang kelak akan menjadi Ibu, madrasah pertama untuk anak-anak, jadi sumber pertanyaan mereka. Untuk itulah, aku perlu untuk mengisi diriku dengan berbagai pengetahuan.
Saat sendiri dalam perjalanan, pertama kali naik kereta, ataupun
transportasi umum lainnya yang kadang membuat takut dan bingung, sering kali
aku menuntut diriku untuk lebih berani, dengan kalimat aku tidak boleh takut,
paling tidak ilmu naik transportasi umum ini bisa jadi pengetahuan jika nanti
menjadi Ibu dan anak-anak ingin bepergian. Dan setelah beberapa perjalanan, aku
punya beberapa bekal dalam bepergian menggunakan transportasi publik:
Untuk anak perempuan, kalau naik kereta jangan beli tiket berderet tiga, kalau
pergi sendiri harus tetap waspada dengan sekitar, letakkan tas di depan untuk
menjaga tubuh bagian depan, dan jika harus berdiri cari gerbong perempuan,
kalau perjalanan jauh dan di samping tempat duduk adalah laki-laki, sebisa
mungkin tidak tidur, dan seterusnya. Kadang aku merenung dan bertanya-tanya,
apakah aku akan jadi ibu yang cerewet nantinya hahaha.
Aku juga sempat menonton podcast Merry Riana bersama dengan
Ibu Fery Farhati. Hal yang selalu diingatkan pada anak-anaknya, terutama bagi
anak laki-laki setiap kali ingin keluar rumah; tidak boleh merokok, narkoba,
alkohol, dan main perempuan. Kupikir itu jadi contoh pesan yang perlu untuk
ditiru. Dan tentunya semua dimulai dari orangtuanya sebagai role model.
Dalam proses studi pun juga ada begitu banyak pelajaran yang bisa diambil. Saat belajar, kerap kali bingung dan semakin merasa tak tahu apa-apa, namun ternyata kebingungan itu adalah bagian dari “proses” berpikir sampai akhirnya kita menjadi tahu. Meski kadang tidak mudah hingga menguras air mata dan kelelahan fisik, kita jadi belajar akan makna “Sabar”. Bahwa sesungguhnya ilmu itu datang dari Allah, dan akan diberikan kepada yang dikehendaki-Nya.
Menurutku, menjaga “semangat” untuk terus belajar itu penting,
karena kehidupan ini isinya adalah proses belajar dan mengambil pelajaran. Dan
peran sebagai perempuan memberiku motivasi lebih dalam menuntut ilmu. Niat itu
pun juga terinspirasi dari para Ibunda hebat yang kubaca, lihat, dan dengarkan
kisahnya. Dari Ibunda Khadijah, pengusaha sukses, wanita berwibawa, sederhana,
dan suka menolong orang. Dari Ibunda Aisyah yang terkenal cerdas dengan
berbagai riwayat yang banyak bersumber darinya. Dari Ibunda Fatimah yang begitu
menjaga izzah dan iffahnya sebagai seorang muslimah. Dari Ibunda
Imam Syafi'i yang sangat menjaga diri dan keluarganya dari segala sesuatu yang
haram dan samar-samar sumbernya. Dari Ibunda Rahmah El Yunusiyah yang gigih
memperjuangkan pendidikan hingga bisa mendirikan sekolah pertama untuk
perempuan. Juga dari Ibuku sendiri yang tetap semangat menuntut ilmu, dengan
kondisi sudah menjadi ibu tiga anak dan dengan berbagai keterbatasan yang
dialaminya.
Berbagai referensi itu memberiku harapan, bahwa sebagaimana mereka, akupun juga perlu untuk mewariskan kebaikan yang ingin diwariskan kepada penerus, yang pastinya selalu dimulai dari membangun dan memperbaiki “diri sendiri”.
Terakhir, tidak ada pesan apa-apa untuk kids di masa depan sebagaimana beberapa video yang dibuat oleh orang-orang kebanyakan. Karena aku pun tidak tahu akan sampai kapan Allah memberi usia. Aku hanya berharap di sisa usia yang Allah beri, aku bisa menjaga nilai-nilai kebaikan dan hanya meninggalkan hal-hal baik yang semoga dapat menjadi manfaat untuk siapapun kelak. Selain itu, aku meyakini bahwa setiap muslim/muslimah adalah "Representatif Islam" untuk sekitarnya, sehingga menunjukkan perilaku berdasarkan apa yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya akan menunjukkan islam "Seperti Apa?" pada sekitar.
Dalam hal ilmu, ada begitu banyak anjuran ataupun perintah untuk menuntut ilmu, sehingga hal tersebut dapat menjadi motivasi dasar untuk terus belajar, tumbuh dan berkempang menuju kebaikan (jalan-Nya yang lurus).
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
"Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju Surga" (HR. Muslim)
Semoga Allah berkahi ilmu begitu pula perjalanan kita dalam memperolehnya :)
Referensi:
https://rumaysho.com/12363-menuntut-ilmu-jalan-paling-cepat-menuju-surga.html
Komentar
Posting Komentar