Langsung ke konten utama

Maret: Makna Berbagi

 "Sebaik-baik manusai adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya" (HR. Thabrani)

Begitu pesan Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam yang sering kali kita dengarkan. Sebagai ummatnya, pesan ini tidak hanya sebatas sebagai risalah, namun juga memiliki makna penting dalam memahami arti dari "menjadi manusia". 

Di bulan ini, suatu kesyukuranku bisa bertemu dengan beberapa teman baru via online maupun offline. Beberapa diantaranya ada yang bekerja di tinggkat daerah hingga nasional. Sebagai perumus kebijakan yang tentunya memiliki pengaruh yang masif terhadap masyarakat luas. Saya memiliki kesempatan untuk bisa sharing satu sama lain. Namun sejujurnya, dalam proses dialog itu saya menyimpan rasa "kagum" akan peran mereka yang besar untuk masyarakat. Terbesit akan peran saya yang rasanya masih begitu "retceh" jika dibandingkan dengan mereka. 

Dalam menulis pun kadang kala saya merasakan hal yang sama. Buku ataupun tulisan-tulisan saya mungkin pembacanya tidak sebanyak para penulis "best seller" di luar sana. Dulu, suka dan komentar orang lain membuatku cukup antusias sekaligus juga terganggu. Hingga lambat laut perasaan itu bisa teratasi. Ada satu prinsip yang kupegang dalam menulis. Bahwa, ukuran keberhasilan dalam menulis yang utama untukku adalah "dampak" tulisan untuk perubahan seseorang menjadi lebih baik. Dan saya memahami bahwa, perubahan itu tidak ditentukan oleh angka, namun ada pada Pemilik Hati, yang memiliki kuasa untuk membolak-balikkan hati seseorang. Maka, orientasi utamaku dalam menulis tertuju pada; menulis dengan sepenuh hati, tulus berharap ridho-Nya, semoga lewat tulisan-tulisan yang kubuat, ada satu, dua, atau beberapa orang yang tersentuh hatinya atas kuasa-Nya untuk menjadi lebih baik, sehingga dapat menjadi jalan kebermanfaatan dunia akhirat. 

Sebenarnya, prinsip menulis ini juga sekaligus menjadi reminderku dalam menjalani berbagai peran dalam kehidupan ini. Akhir-akhir ini, aku sedang berupaya untuk melakukan "sesuatu", namun seringkali hasilnya tidak sesuai dengan ekspektasiku. Meskipun begitu, aku tetap berupaya, walaupun kadang ada rasa kecewa. Hingga ada perasaan "membanding-bandingkan" dengan hasil orang lain, dengan dampak besar yang mereka berikan untuk sekitar. 

Selain memahami segala sesuatu butuh proses untuk setiap tanggung jawab besar, saya juga menyadari bahwa kekokohan "akar" jauh lebih penting dari banyaknya buah. Karena, akar yang lemah tidak akan menghasilkan pohon dan buah dalam waktu yang lama. Itulah kenapa, memperbaiki niat itu amat penting, karena ialah akar yang akan menjaga berbagai proses dan hasil yang akan dilalui.

Jika memang niatnya untuk menjadi sebaik-baik manusia yang bermanfat untuk orang lain, maka tanpa perlu melihat siapa maupun berapa, maka ia akan tetap memberi manfaat :)

Untuk setiap orang yang sedang berusaha menjadi sebaik-baik manusia, semoga Allah selalu membuka jalan dan menjaga jalan kebaikan itu pada niat dan proses yang diridhoi-Nya. Tetap semangat bermanfaat bersama :)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenapa Memilih Menjadi Dosen dan Bagaimana Proses Persiapannya?

Tulisan ini kudedikasikan untuk diriku sendiri sebagai pengingat akan niat dan tujuan mengapa memilih karir ini. Dan selebihnya, semoga ada manfaat yang bisa diperoleh pembaca dalam proses perjalanannya. *** Pic: Buku yang digunakan sebagai bahan ajar “Kenapa ingin jadi dosen?” tanya seorang interviewer saat saya sedang mengikuti wawancara CPSN.  Saya pun mencoba menjawab pertanyaan ini “Pertama, pilihan karir dosen menjadi wadah saya untuk bisa bermanfaat tidak hanya melalui pengajaran, namun juga menyebarluaskannya melalui tulisan/publikasi, dan mengaplikasikannya dengan pengabdian kepada masyarakat. Dan semoga bisa menjadi amalan saya juga ketika sudah tidak ada di dunia, melalui ilmu yang bermanfaat sebagai amal jariah yang tidak terputus. Kedua, saya merasa punya tanggung jawab setelah mendapat privilege untuk bisa sekolah tinggi, melalui beasiswa pula sejak S1 hingga S2, dimana masih banyak orang lain yang tidak bisa mengenyam kesempatan ini, yang mungkin bahkan saya pikir m...

Refleksi Waktu: Tentang Pertemuan dan Menciptakan Kenangan

  “Tuhan izinkan kita silaturahmi, adalah juga untuk saling ingatkan, saling mendoakan” ~Satriadi Indarmawan Saya tidak tahu tepatnya kapan Pak Dadit mulai mulai menulis dan membagikan tulisannya, namun dalam catatanku tulisan pertama Bapak dikirimkan pada 19 Oktober 2021. Di tanggal yang sama yaitu tanggal 19 April 2025 di Kota Semarang, buku yang berisi tulisan-tulisan itu telah dibingkai dalam buku yang berjudul “Refleksi Waktu”. Senang bercampur haru ketika menyaksikan teman-teman yang berbagi pemaknaannya atas tulisan-tulisan Bapak, yang ternyata tidak hanya memberi kesan, namun juga tulisan-tulisan itu bisa menjadi teman berbagi kesedihan serta penyemangat hati yang kelelahan. Di hari perilisan buku ini pula, menjadi pertemuan kedua dengan Bapak setelah hampir se-dekade tidak bertemu secara langsung. Dan di hari berbahagia ini juga, menjadi pertemuan perdana dengan kawan-kawan baru yang tak saling kenal sebelumnya. Dulu, saat pertama kali bertemu Pak Dadit, saya masih...

Setelah penjelajahan ini, Akhirnya…

Saat sedang membaca novel Tere Liye, berjudul 'Tentang Kamu', tiba-tiba hpku bergetar. Sebuah notiviasi pesan masuk. Kusapu layar handphone untuk melihatnya. Tanganku tiba-tiba gemetar. Tak berpikir panjang, kubuka sebuah situs di google. Berkali-kali ku coba, tak kunjung bisa masuk.  Jantungku semakin berdegup kenjang. Ditambah jari-jariku yang terus gemetar. Kucoba membuka situs tersebut dengan aplikasi lain. Dan akhirnya, TERBUKA. Ku klik status dalam link tersebut. Aku menutup mulut, tanganku masih gemetar. Aku masih belum menyangka. Kutelpon seorang teman yang lebih paham masalah ini. “Halo ka?” tanyaku “Ya?” jawabnya dari balik telepon “Hari ini pengumuman. Kalau tulisannya lolos substansi itu artinya apa?” tanyaku dengan suara bergetar “Artinya kamu lolos!” jawabnya bahagia. Hari ini, 16 September 2019, akhirnya yang kuikhtiarkan sejak meminta izin pada Ibu Desember 2018 silam, menampakkan hasilnya. Hampir 10 bulan terlewati, 2 lebaran ku lalu...