Menjelang puasa Ramadan, aku menyempatkan pulang ke kampung halaman. Setelah sempat dua tahunan tidak berlebaran bersama keluarga. Agenda pulang kampung tanpa direncanakan sebelumnya, namun Alhamdulillah dapat waktu yang pas, sebab entah kapan lagi bisa ber-Ramadan dengan keluarga, karena kedepannya mungkin akan ada amanah-amanah baru yang harus dijalankan.
Saat pulang, aku sengaja mengabadikan lebih banyak momen agar bisa selalu dikenang, dan memilih tidur dengan ibu daripada tidur di kamar sendiri. Di usia dewasa, kita bisa jadi lebih memahami betapa berharganya waktu bersama keluarga. Terlebih jika sebagai perantau yang tidak selalu bisa tinggal di rumah bertemu keluarga.
Tahun ini menjadi tahun ke-26 ku melalui Bulan Ramadan. Saat pulang menjadi momen dimana aku bisa melihat pertumbuhan per-sepupu-an yang dulu masih kecil sudah mulai tumbuh dewasa, yang dulunya masih sendiri kini sudah beranak-pinak, pun sanak saudara yang dulunya masih bisa bertemu kini hanya bisa dikunjungi saat berziarah kubur.
Ada yang datang dan pergi. Ada yang meninggalkan dan ditinggalkan. Ada yang ramai dan sepi. Hilir mudik perjalanan kehidupan manusia selalu bisa menjadi pengingat bahwa setiap kita pada akhirnya akan pulang. Bukan lagi pulang kampung ke rumah dimana ada keluarga yang dengan suka cita menyambut kita, namun ke kampung akhirat, rumah bagi setiap orang yang akan bertemu Pencipta-Nya dengan membawa pertanggungjawabannya masing-masing.
Semoga rumah di dunia dengan kenangan-kenangan indah bersama keluarga yang kita kasihi, juga bisa kita temukan kembali di rumah akhirat, berkumpul bersama mereka yang selalu kita panjatkan namanya dalam doa. Semoga Allah pulangkan kita bersama orang-orang yang kita cintai dengan akhir yang baik. Amiin ya Rabb :)
“Seseorang akan bersama dengan orang yang ia cintai. Dan engkau akan bersama orang yang engkau cintai” (HR. Tirmidzi)
Kenangan
Komentar
Posting Komentar