Langsung ke konten utama

Postingan

Rumah Berkarya dan Bermanfaat

Tahun 2019 dulu, menjadi tahun pelayaran nekatku untuk memantaskan diri mewujudkan cita-cita. Aku bersyukur menuliskannya di blog ini. Dan sekitar 6 tahun kemudian, atau tepatnya di tahun 2025 ini, aku sudah sampai pada cita-cita itu, untuk menjadi seorang pendidik. Ada sedikit perubahan pada rencana lokasinya, namun aku percaya rencana Allah jauh lebih indah, terlebih disertai pula dengan ridho orang tua. Rumah baru ini akan menjadi tempatku berkarya. Aku akan menulis, mendidik, dan mengabdi di rumah ini selama beberapa dekade, insyaa Allah, Allah senantiasa beri kesehatan. Selama waktu itu, aku tahu, akan ada banyak pelajaran berharga yang ditemui untuk membentuk diri menjadi pribadi yang lebih baik. Aku tidak ingin menulis banyak hal, aku hanya ingin menulis pesan pengingat untuk diriku agar tetap kuat. "Suci, jadilah dirimu sendiri. Berbuatlah dengan hati. Libatkan Allah dalam pikir, tutur, dan perbuatan. Allah Maha Melihat, Allah Maha Menjaga. Ingat kembali niat awal, bah...
Postingan terbaru

Refleksi Waktu: Tentang Pertemuan dan Menciptakan Kenangan

  “Tuhan izinkan kita silaturahmi, adalah juga untuk saling ingatkan, saling mendoakan” ~Satriadi Indarmawan Saya tidak tahu tepatnya kapan Pak Dadit mulai mulai menulis dan membagikan tulisannya, namun dalam catatanku tulisan pertama Bapak dikirimkan pada 19 Oktober 2021. Di tanggal yang sama yaitu tanggal 19 April 2025 di Kota Semarang, buku yang berisi tulisan-tulisan itu telah dibingkai dalam buku yang berjudul “Refleksi Waktu”. Senang bercampur haru ketika menyaksikan teman-teman yang berbagi pemaknaannya atas tulisan-tulisan Bapak, yang ternyata tidak hanya memberi kesan, namun juga tulisan-tulisan itu bisa menjadi teman berbagi kesedihan serta penyemangat hati yang kelelahan. Di hari perilisan buku ini pula, menjadi pertemuan kedua dengan Bapak setelah hampir se-dekade tidak bertemu secara langsung. Dan di hari berbahagia ini juga, menjadi pertemuan perdana dengan kawan-kawan baru yang tak saling kenal sebelumnya. Dulu, saat pertama kali bertemu Pak Dadit, saya masih...

Kenapa Memilih Menjadi Dosen dan Bagaimana Proses Persiapannya?

Tulisan ini kudedikasikan untuk diriku sendiri sebagai pengingat akan niat dan tujuan mengapa memilih karir ini. Dan selebihnya, semoga ada manfaat yang bisa diperoleh pembaca dalam proses perjalanannya. *** Pic: Buku yang digunakan sebagai bahan ajar “Kenapa ingin jadi dosen?” tanya seorang interviewer saat saya sedang mengikuti wawancara CPSN.  Saya pun mencoba menjawab pertanyaan ini “Pertama, pilihan karir dosen menjadi wadah saya untuk bisa bermanfaat tidak hanya melalui pengajaran, namun juga menyebarluaskannya melalui tulisan/publikasi, dan mengaplikasikannya dengan pengabdian kepada masyarakat. Dan semoga bisa menjadi amalan saya juga ketika sudah tidak ada di dunia, melalui ilmu yang bermanfaat sebagai amal jariah yang tidak terputus. Kedua, saya merasa punya tanggung jawab setelah mendapat privilege untuk bisa sekolah tinggi, melalui beasiswa pula sejak S1 hingga S2, dimana masih banyak orang lain yang tidak bisa mengenyam kesempatan ini, yang mungkin bahkan saya pikir m...

Tolitoli: Rumah

Menjelang puasa Ramadan, aku menyempatkan pulang ke kampung halaman. Setelah sempat dua tahunan tidak berlebaran bersama keluarga. Agenda pulang kampung tanpa direncanakan sebelumnya, namun Alhamdulillah dapat waktu yang pas, sebab entah kapan lagi bisa ber-Ramadan dengan keluarga, karena kedepannya mungkin akan ada amanah-amanah baru yang harus dijalankan.  Saat pulang, aku sengaja mengabadikan lebih banyak momen agar bisa selalu dikenang, dan memilih tidur dengan ibu daripada tidur di kamar sendiri. Di usia dewasa, kita bisa jadi lebih memahami betapa berharganya waktu bersama keluarga. Terlebih jika sebagai perantau yang tidak selalu bisa tinggal di rumah bertemu keluarga. Tahun ini menjadi tahun ke-26 ku melalui Bulan Ramadan. Saat pulang menjadi momen dimana aku bisa melihat pertumbuhan per-sepupu-an yang dulu masih kecil sudah mulai tumbuh dewasa, yang dulunya masih sendiri kini sudah beranak-pinak, pun sanak saudara yang dulunya masih bisa bertemu kini hanya bisa dikunjungi ...

Maret: Makna Berbagi

 "Sebaik-baik manusai adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya" (HR. Thabrani) Begitu pesan Rasulullah  shallallahu `alaihi wa sallam  yang sering kali kita dengarkan. Sebagai ummatnya, pesan ini tidak hanya sebatas sebagai risalah, namun juga memiliki makna penting dalam memahami arti dari "menjadi manusia".  Di bulan ini, suatu kesyukuranku bisa bertemu dengan beberapa teman baru via online maupun offline. Beberapa diantaranya ada yang bekerja di tinggkat daerah hingga nasional. Sebagai perumus kebijakan yang tentunya memiliki pengaruh yang masif terhadap masyarakat luas. Saya memiliki kesempatan untuk bisa sharing satu sama lain. Namun sejujurnya, dalam proses dialog itu saya menyimpan rasa "kagum" akan peran mereka yang besar untuk masyarakat. Terbesit akan peran saya yang rasanya masih begitu "retceh" jika dibandingkan dengan mereka.  Dalam menulis pun kadang kala saya merasakan hal yang sama. Buku ataupun tulisan-tulisan ...