Langsung ke konten utama

Palu Bangkit : Kita Wisuda



“Gedung runtuh tak berarti semangat harus runtuh. Auditorium roboh tak berarti wisuda batal.”


Alhamdulillah, punya kesempatan lagi untuk melanjutkan challenge menyelesaikan 30 tulisan. Yah walaupun tidak secara berurutan setiap hari. Kali ini saya ingin mengabadikan momen yang pada umumnya spesial untuk mereka yang berstatus mahasiswa lewat tulisan blog ini. Yaps, Wisuda. Akhirnya, pertanyaan “Kapan Wisuda” yang entah sudah berapa kali ditanyakan oleh orang-orang yang ku kenal maupun tidak bisa ku jawab juga. Tapi anehnya, pertanyaan “Kapan” tidak berhenti hanya disitu saja. Masih ada banyak pertanyaan “Kapan” yang masih belum terjawab. Biarkan Allah, doa dan waktu yang menjawabnya.

Saya ingin sedikit bercerita tentang wisuda kemarin. Bagi kebanyakan orang, wisuda menjadi momen spesial yang sangat ditunggu-tunggu. Untuk kamu yang merasa mahasiswa tentu sangat familiar dengan rutinitas laporan, acc, makalah, diskusi, individu, kelompok, proposal, hasil, dan skripsi. Juga tentu pernah merasakan tekanan batin ketika laptop error saat deadline tugas, laporan dicorat-coret minimal lima kali baru bisa acc, tugas kelompok yang dikerjain sendiri, kerjain tugas sampai semalam suntuk, tapi teryata dosennya gak ada ketika tugas mau dikumpul, telat lima menit di luar, dosen telat sejam “masuk Pak Eko.” Tekanan itu makin terasa ketika menginjak mahasiswa akhir. Judul tak kunjung acc, penelitan yang gagal, sidang yang beberapa kali dibatalkan, padahal sudah pesan makanan dan beri tahu teman-teman lagi, lalu ditambah mereka yang terus bertanya “Kapan wisuda?” Lengkapkan. Dan akhirnya, setelah perjuangan fisik dan batin yang dijalani dengan rentan waktu normal empat tahun (S1), momen yang ditunggu-tunggu pun tiba, hasil dari perjuangan itu bernama “Wisuda” dengan predikat pujian (cumlaude), sangat memuaskan, memuaskan atau kurang memuaskan. Maka tak heran, wisuda jadi ajang silaturrahim dengan keluarga di kampung, teman-teman organisasi, angkatan, fakultas, jurusan, prodi, SMA, SMP, SD, TK semuanya diundang hadir di wisuda (Auto : Lebay). Wisuda jug jadi ajang cekrak cekrek dan upload sana-sini. Hal yang wajar terutama untuk menunjukkan dan memberi jawaban kepada mereka yang sering bertanya kapan wisuda.

Namun, bagi sedikit orang, wisuda hanya dianggap sebagai seremonial saja. Perayaan yang bisa dirayakan ataupun tidak. Dan biasanya mereka memilih untuk tidak merayakannya.

Jadi, apakah saya ada di posisi kebanyakan atau sedikit orang? Saya berada di tengah-tengah sebenarnya. Secara pribadi, sejujurnya saya lebih suka tidak merayakannya, karena saya tidak suka over make up dan bisa memanfaatkan dana wisuda yang cukup banyak itu untuk hal lain yang menurutku lebih penting dan bermanfaat. Namun, saya tetap merayakannya seperti kebanyakan orang yang melakukan wisuda, tidak lain karena keluarga dan teman-teman.   



Wisuda pada Kamis, tanggal 8 November 2018 merupakan wisuda angkatan 94 Universitas Tadulako. Wisuda kami cukup berbeda dengan wisuda biasanya, karena pelaksanaannya tidak di gedung, melainkan di tenda. Gedung Auditorium yang biasa digunakan hancur parah. Sehingga tenda menjadi alternatif terbaik, mengingat gempa susulan berskala kecil masih sering terjadi di Palu. Selain itu, wisuda kali ini juga kedatangan Pak Mentri dan para jajarannya dari kemenristek dikti untuk memberikan dana bantuan berupa beasiswa bagi mahasiswa korban bencana yang berjumlah sekitar 800-an orang.  

Wisuda di Untad menjadi salah satu bukti bahwa Kota Pau sudah semakin membaik. Termasuk dalam bidang pendidikan di Univesritas Tadulako. Pelaksanaan administrasi, proses belajar mengajar sudah mulai kembali berjalan seperti sedia kala. Meskipun masih ada beberapa mahasiswa yang sit-in dan dosen yang belum datang.  Namun, semangat untuk berbenah terus bangkit. Seperti baliho yang dipasang di beberapa area kampus, ”Gedung runtuh tak berarti semangat harus runtuh.”

#palubangkit
#untadbangkit
#30dwb
#tulisanke7
#bermanfaatbersama

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Januari: Tentang Kehilangan

  Di awal tahun 2024, Allah memberi salah satu pelajaran begitu berharga. Lewat ujian kehilangan. Ini menjadi pengalaman yang akan begitu membekas buatku. Seingatku, ini kali pertama aku menyaksikan tiga orang meninggalkan dunia, di dalam sebuah ruangan yang disebut ICU. Ruangan yang penuh monitor dengan suara teratur. Namun, bisa membuat dada sesak, saat suaranya mulai intens berbunyi. Monitor itu menunjukkan denyut nadi, nafas, tekanan darah, dan suhu seorang pasien. Di tengah ruangan, ada para petugas medis yang akan memantau dan sigap apabila ada tanda tidak beres dari monitor-monitor para pasien.             Jarak antara pasien yang satu dengan yang lain cukup dekat. Hanya ada gorden yang menjadi pembatas. Namun, gorden itu tidak ditutup sepenuhnya, agar tidak menghalangi petugas medis yang ingin memantau monitor. Untuk itu, aku bisa menyaksikan pasien dan keluarganya yang ada di sebelah ataupun di depanku.             Di malam pertama saat berjaga di ruang ICU, aku bisa men

Motivasi untuk Terus Belajar: Kids, This Is Your Mom

Sejak SMA aku punya impian, sebelum menikah, aku ingin menyelesaikan studi S2 terlebih dahulu. Motivasiku saat itu, salah satunya adalah, karena aku ingin menjadi teladan untuk anakku kelak dalam hal pendidikan. Bahwa terus belajar adalah hal penting dalam kehidupan. Ilmu menjadi cahaya dalam bertutur dan berbuat. Keberkahan ilmu akan tercerminkan dari sikap seseorang. Paling tidak, “Semangat Belajar” itu ingin kutumbuhkan dan semoga bisa menjadi inspirasi untuk ia kelak.  Pengetahuan tidak hanya melulu bicara tentang bangku sekolah ataupun perkuliahan, namun memuat berbagai hal yang menjadi bagian dari proses belajar, tumbuh, dan berkembang. Dalam perjalanan mencapai cita-cita misalnya, ada berbagai pengalaman baru yang dilalui, dan kadang kala membuat takut. Namun keberanian itu kerap kali muncul, salah satunya diilhami dari “peran” sebagai seorang perempuan yang kelak akan menjadi Ibu, madrasah pertama untuk anak-anak, jadi sumber pertanyaan mereka. Untuk itulah, aku perlu untuk m

Yogyakarta: Tour Perpus UGM

Selama kuliah, mayoritas waktuku diisi di Perpustakaan dibanding di dalam kelas. Kuliah empat semester jarak jauh. Sementara semester sisanya untuk penelitian dan mengerjakan tesis di Perpus. Fasilitas di Perpus UGM sangat beragam. Ada banyak fasilitas yang disediakan untuk mahasiswa. Juga ada banyak ruangan yang tersedia untuk mengakses berbagai layanan, mulai dari akses buku, jurnal, maupun tugas akhir kuliah. Sementara itu, di luar ruangan ada banyak spot tempat duduk yang disediakan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Mulai dari meja panjang untuk ruang diskusi sampai meja yang tampaknya cocok untuk para introvert atau mahasiswa yang ingin fokus mengerjakan tugasnya sendiri. Ada juga kantin, loker, toilet dan mushola yang tersedia di setiap lantai, ruangan yang biasanya digunakan untuk melaksanakan kegiatan/seminar, juga spot bermain anak/balita. Waktu buka Perpus dari Hari Senin-Jum`at (08.00 pagi sampai 08.00 malam). Di hari Sabtu, buka sampai jam 12.00 siang. @perpustakaan_ugm Pe