Langsung ke konten utama

Impian #6 : Merpati



Bismillah

Ini adalah salah satu kisah dan mimpi lain di tahun ini. Setiap impian yang ku tuliskan merupakan langkah demi langkah semata-mata untuk mencapai ridho-Nya. Ya, sesuai tujuan kita diciptakan. Dan untuk mencapai tujuan itu, langkah yang dilakukan yakni dengan membuat segala impian yang tertuju untuk kebermanfaatan orang banyak.

Kali ini, impian itu tergagas bersama orang-orang hebat yang ku anggap sebagai keluarga dan tempatku bertumbuh. Saya selalu percaya, bahwa tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini. Termasuk setiap petemuan dan berbagai momentum yang kita lalui dalam hidup. Salah satu contoh kecilnya yakni tergagasnya impian ini. Dulu, kami tidak saling mengenal. Lalu , Tuhan mempertemukan. Menariknya, lewat kekurangan kami. Berasal dari keluarga sederhana, membuat kami harus ikut berpikir tuk meringankan beban keluarga dalam membiayai pendidikan kami. Dari sanalah Tuhan mempertemukan kami. Melalui Yayasan Karya Salemba Empat. Pemberi dana beasiswa yang sangat meringankan beban kedua orangtua kami. Dan Paguyuban Karya Salemba Empat Universitas Tadulako menjadi rumah kami saat itu hingga sekarang.

Awalnya, kami adalah orang asing. Tidak saling mengenal satu sama lain. Lalu, kami mulai disibukan dengan berbagai program kerja di Paguyuban. Hari, bulan dan tahun kita lalui bersama. Hingga yang awalnya jaim menjadi seperti sebuah keluarga. Saling mengingatkan dan berbagi semangat serta gagasan untuk kebermanfaat. Seperti nilai-nilai yang kami pahami di Yayasan. Sharing, Networking, dan Developing.

Kisah Merpati ini kami mulai ketika Yayasan akan mendekati hari jadinya ke 23 tahun pada 3 oktober 2018. Pertanyaan “Apa yang bisa kita beri untuk Ayahanda dan Yayasan kita?” terus bergejolak di benak kami. Semangat mereka untuk membantu pendidikan anak bangsa hingga mengorbankan banyak waktu, tenaga, materi dan pikiran tentu tak mudah. Dan saat itu kami berpikir, meskipun kami tidak bisa memberi banyak seperti Ayahanda kami berikan, paling tidak Ayahanda dan Yayasan kami tahu, bahwa kami menyayangi mereka, selalu mendoakan mereka, dan berharap mereka selalu semangat dan tersenyum dalam menjalani hidup.

Dan akhirnya, kolaborasi apik itu tercipta. Sebuah karya dari 28 Paguyuban Karya Salemba Empat Se-Nusantara. Melahirkan sebuah buku berisi kisah inspiratif para beswannya. Dari buku ini pula, saya merasa sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga yang berisi anak muda hebat se-nusantara. Mereka adalah orang di atas rata-rata. Di tengah keterbatasannya masih tetap mampu berjuang demi meraih kehidupan yang lebih baik untuk keluarga dan orang banyak melalui pendidikan. Dan kisah mereka abadi dalam aksara buku “Di Balik Uang 600.000 Rupiah”.

Dari buku ini kami berkomitmen, bahwa karya ini tidak hanya menjadi percikan semangat untuk Ayahanda dan Yayaan kami, namun juga bisa bermanfaat untuk lebih banyak orang lagi. Yakni dengan mendonasikan seluruh keuntungan buku untuk pendidikan anak Indonesia.

Tepat tanggal 30 Desember 2018, sebuah gagasan besar lahir dari mereka. Ya, tidak ada yang kebetulan. Yayasan, Untad, Keluarga, mereka adalah inspirasi terciptanya gagasan baru itu.  Sebuah komitmen untuk bisa membantu anak bangsa melalui pendidikan.

Berikut saya lampirkan sebuah kisah menginspirasi dari salah satu Ayahanda founder Yayasan Karya Salemba Empat yang telah menginspirasi kami tuk juga ikut menorehkan sejarah.

Tahun 95 kami berdelapan bermimpi dan berucap janji dalam hati
Usia kami 28 atau 29 saat itu
Kami berjanji akan membayar hutang kami kepada negara, karena uang sekolah kami di bayar negara saat itu
Dan hutang ini baru akan lunas saat Tuhan tidak mengijinkan kami untuk mencicilnya lagi
Semua bentuk cicilan kami lakukan
Waktu upaya dan uang
Saat itu kami juga berjanji, bahwa tidak boleh ada mahasiswa putus sekolah karena gak punya uang
Karena mahasiswa adalah manusia-manusia yang paling cepat mandiri di masyarakat
Kami yakin sekali, bahwa bangsa ini bisa lebih baik jika kita fokus pada upaya mencerdaskan bangsa
Tulisan ini pun tahun 95 di mulai
Tanpa memahami dengan pasti kemana tangan dan kaki akan membawa tulisan ini
Sejarah di tulis dengan indah bagi yang bisa membacanya, memahaminya, dan mensyukurinya
Karena dalam setiap sejarah ada rencana Tuhan
Alhamdulillah
Tuhan telah mengijinkan kami untuk menulis sejarah ini selama 23 tahun
Indah atau tidaknya biarkan para pembaca yang menilainya
Mudah-mudahan di sisa waktu yang ada, kita bersama-sama bisa memperbaiki dan memperindah tulisan ini kedepannya.
Agar kelak
Bisa di baca
Bisa di pahami
Bisa di syukuri
Dengan makna yang sesungguhnya
Jangan pernah lelah mencintai negeri ini.

~Bapak Satriadi Indarmawan

Kami baru mau memulai sejarah, kami pun tak tahu langkah ini akan membawa kami kemana, namun satu yang kami percaya. Bahwa semua yang di mulai dengan Niat Baik akan membuat semesta ikut mendukung.

Tulisan ini untuk kalian para orang baik. Semoga Allah selalu menjaga niat baik kita hari ini, esok, 10 tahun, 20 tahun, dan hingga hayat tak lagi di kandung badan. Amiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Januari: Tentang Kehilangan

  Di awal tahun 2024, Allah memberi salah satu pelajaran begitu berharga. Lewat ujian kehilangan. Ini menjadi pengalaman yang akan begitu membekas buatku. Seingatku, ini kali pertama aku menyaksikan tiga orang meninggalkan dunia, di dalam sebuah ruangan yang disebut ICU. Ruangan yang penuh monitor dengan suara teratur. Namun, bisa membuat dada sesak, saat suaranya mulai intens berbunyi. Monitor itu menunjukkan denyut nadi, nafas, tekanan darah, dan suhu seorang pasien. Di tengah ruangan, ada para petugas medis yang akan memantau dan sigap apabila ada tanda tidak beres dari monitor-monitor para pasien.             Jarak antara pasien yang satu dengan yang lain cukup dekat. Hanya ada gorden yang menjadi pembatas. Namun, gorden itu tidak ditutup sepenuhnya, agar tidak menghalangi petugas medis yang ingin memantau monitor. Untuk itu, aku bisa menyaksikan pasien dan keluarganya yang ada di sebelah ataupun di depanku.             Di malam pertama saat berjaga di ruang ICU, aku bisa men

Motivasi untuk Terus Belajar: Kids, This Is Your Mom

Sejak SMA aku punya impian, sebelum menikah, aku ingin menyelesaikan studi S2 terlebih dahulu. Motivasiku saat itu, salah satunya adalah, karena aku ingin menjadi teladan untuk anakku kelak dalam hal pendidikan. Bahwa terus belajar adalah hal penting dalam kehidupan. Ilmu menjadi cahaya dalam bertutur dan berbuat. Keberkahan ilmu akan tercerminkan dari sikap seseorang. Paling tidak, “Semangat Belajar” itu ingin kutumbuhkan dan semoga bisa menjadi inspirasi untuk ia kelak.  Pengetahuan tidak hanya melulu bicara tentang bangku sekolah ataupun perkuliahan, namun memuat berbagai hal yang menjadi bagian dari proses belajar, tumbuh, dan berkembang. Dalam perjalanan mencapai cita-cita misalnya, ada berbagai pengalaman baru yang dilalui, dan kadang kala membuat takut. Namun keberanian itu kerap kali muncul, salah satunya diilhami dari “peran” sebagai seorang perempuan yang kelak akan menjadi Ibu, madrasah pertama untuk anak-anak, jadi sumber pertanyaan mereka. Untuk itulah, aku perlu untuk m

Yogyakarta: Tour Perpus UGM

Selama kuliah, mayoritas waktuku diisi di Perpustakaan dibanding di dalam kelas. Kuliah empat semester jarak jauh. Sementara semester sisanya untuk penelitian dan mengerjakan tesis di Perpus. Fasilitas di Perpus UGM sangat beragam. Ada banyak fasilitas yang disediakan untuk mahasiswa. Juga ada banyak ruangan yang tersedia untuk mengakses berbagai layanan, mulai dari akses buku, jurnal, maupun tugas akhir kuliah. Sementara itu, di luar ruangan ada banyak spot tempat duduk yang disediakan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Mulai dari meja panjang untuk ruang diskusi sampai meja yang tampaknya cocok untuk para introvert atau mahasiswa yang ingin fokus mengerjakan tugasnya sendiri. Ada juga kantin, loker, toilet dan mushola yang tersedia di setiap lantai, ruangan yang biasanya digunakan untuk melaksanakan kegiatan/seminar, juga spot bermain anak/balita. Waktu buka Perpus dari Hari Senin-Jum`at (08.00 pagi sampai 08.00 malam). Di hari Sabtu, buka sampai jam 12.00 siang. @perpustakaan_ugm Pe