Langsung ke konten utama

Palu Bangkit : Lahirnya Mimpi

"Mungkin rezeki kita ada di tempat lain atau bahkan negara lain" ~ Ipho Santoso

Begitulah kalimat Kang Ipho Santoso yang merupakan pengusaha, motivator juga penulis best seller "7 Keajaiban Rezeki." Apa yang ia katakan sungguhlah benar. Pengalaman itu aku alami sendiri. 17 tahun di kampung halaman dan akhirnya memutuskan untuk merantau ke kota lain untuk menuntut ilmu. Kota tempatku memijakan kaki pertama kali adalah kota Palu, sebelum akhirnya kaki ini bisa memijak di kota-kota lainnya.

Ku ingat betul saat itu, aku hanyalah seorang gadis remaja, yang pemalu dan pendiam, untuk pertama kalinya harus berjuang mandiri di kota baru. Tentu tak mudah, khususnya bagi karakter introvert yang harus menyesuaikan dengan lingkugan dan suasana baru. Namun, itu adalah pilihanku. Maka aku harus hadapi tantangannya. Aku keluar dari zona nyaman kampung halaman yang serba lapang, dan menjadi anak rantau yang harus mandiri dan kuat. Aku sudah getol, bahwa di kota ini aku akan menjadi anak yang berbeda. Bukan lagi anak rumahan yang hanya mengurung diri di kamar. Tapi menjadi sosok yang bisa bermanfaat untuk sekitarnya. Seperti pesan Rasulullah shallallahu 'alaihiwasallam, bahwa "Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain." Ku tuliskan satu persatu impianku dalam secarik kertas. Lalu ku tempelkan di dinding kosan. Dan ku berjanji untuk mewujudkannya.

Kota Palu menjadi saksi mata proses perubahan dan pertumbuhanku. Mulai dari 0 hingga sekarang. Dulu aku hanyalah seorang gadis pemalu yang begitu susah mengeluarkan pendapatnya di depan orang-orang, susah untuk berbicara dengan orang baru, takut dengan tanggungjawab dan hanya bisa menjadi penonton. Di kota Palu lah aku banyak belajar. Mulai dari belajar berbicara di depan beberapa orang, lalu di depan teman sekelas, kemudian di depan seminar, hingga akhirnya di depan mahasiswa dari berbagai kampus. Kota Palu menjadi tempat Allah subhanahu wata'ala mempertemukanku dengan orang-orang berpengaruh yang mempercayaiku untuk memegang tanggung jawab. Berawal dari hanya menjadi anggota, lalu koordinator hingga menjadi pimpinan. Kota Palu menjadi tempat pertamaku keluar dari kampung halaman dan menjadi pembuka bagiku tuk memijakkan kaki ke kota-kota lainnya. Pare, Malang, Kendari, Makassar, Balikpapan, Jakarta, Padang kutuju lewat berbagai kegiatan kemahasiswaan dan kepemudaan.  Di kota Palu jugalah aku belajar untuk berani bermimpi lebih besar dan percaya diri untuk berkarya dan bermanfaat untuk banyak orang. Melahirkan sebuah buku yang in syaa Allah bisa menjadi ladang pahala dunia juga akhirat. Di kota inilah aku terbentuk menjadi anak yang tak lagi manja, tak lagi ego dengan diri sendiri, juga tak lagi menjadi pengejut yang takut untuk merealisasikan mimpinya.

Pasca benca, mimpi itu tentu tak memudar. Bahkan kertas berisikan berbagai impianku itu masih bertengker di dinding kos yang sempat acak kadul, karena di koyak gempa 7,4 SR. Semangat bermimpi itu tak akan pernah hilang, bahkan kini semakin membuncah. Duka kota Palu, bukanlah menjadi bahan tangisan, tapi menjadi baham pelajaran dan kekuatan, bahwa aku, kita dan kota Palu akan bangkit bersama. Karena sebelumnya kita sudah melalui berbagai momentum bersama. Seperti proses meraih impian. Kita akan memulainya lagi dari nol. Pertama kita akan menuliskannya, menempelnya di dinding kamar, lalu berusaha mewujudkannya. Dan mimpi itu adalah

"Palu akan bangkit dan menjadi kota yang maju dan di berkahi Allah subhanahu wata'ala" Amiin Allahumma Amiin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Januari: Tentang Kehilangan

  Di awal tahun 2024, Allah memberi salah satu pelajaran begitu berharga. Lewat ujian kehilangan. Ini menjadi pengalaman yang akan begitu membekas buatku. Seingatku, ini kali pertama aku menyaksikan tiga orang meninggalkan dunia, di dalam sebuah ruangan yang disebut ICU. Ruangan yang penuh monitor dengan suara teratur. Namun, bisa membuat dada sesak, saat suaranya mulai intens berbunyi. Monitor itu menunjukkan denyut nadi, nafas, tekanan darah, dan suhu seorang pasien. Di tengah ruangan, ada para petugas medis yang akan memantau dan sigap apabila ada tanda tidak beres dari monitor-monitor para pasien.             Jarak antara pasien yang satu dengan yang lain cukup dekat. Hanya ada gorden yang menjadi pembatas. Namun, gorden itu tidak ditutup sepenuhnya, agar tidak menghalangi petugas medis yang ingin memantau monitor. Untuk itu, aku bisa menyaksikan pasien dan keluarganya yang ada di sebelah ataupun di depanku.             Di malam pertama saat berjaga di ruang ICU, aku bisa men

Motivasi untuk Terus Belajar: Kids, This Is Your Mom

Sejak SMA aku punya impian, sebelum menikah, aku ingin menyelesaikan studi S2 terlebih dahulu. Motivasiku saat itu, salah satunya adalah, karena aku ingin menjadi teladan untuk anakku kelak dalam hal pendidikan. Bahwa terus belajar adalah hal penting dalam kehidupan. Ilmu menjadi cahaya dalam bertutur dan berbuat. Keberkahan ilmu akan tercerminkan dari sikap seseorang. Paling tidak, “Semangat Belajar” itu ingin kutumbuhkan dan semoga bisa menjadi inspirasi untuk ia kelak.  Pengetahuan tidak hanya melulu bicara tentang bangku sekolah ataupun perkuliahan, namun memuat berbagai hal yang menjadi bagian dari proses belajar, tumbuh, dan berkembang. Dalam perjalanan mencapai cita-cita misalnya, ada berbagai pengalaman baru yang dilalui, dan kadang kala membuat takut. Namun keberanian itu kerap kali muncul, salah satunya diilhami dari “peran” sebagai seorang perempuan yang kelak akan menjadi Ibu, madrasah pertama untuk anak-anak, jadi sumber pertanyaan mereka. Untuk itulah, aku perlu untuk m

Yogyakarta: Tour Perpus UGM

Selama kuliah, mayoritas waktuku diisi di Perpustakaan dibanding di dalam kelas. Kuliah empat semester jarak jauh. Sementara semester sisanya untuk penelitian dan mengerjakan tesis di Perpus. Fasilitas di Perpus UGM sangat beragam. Ada banyak fasilitas yang disediakan untuk mahasiswa. Juga ada banyak ruangan yang tersedia untuk mengakses berbagai layanan, mulai dari akses buku, jurnal, maupun tugas akhir kuliah. Sementara itu, di luar ruangan ada banyak spot tempat duduk yang disediakan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Mulai dari meja panjang untuk ruang diskusi sampai meja yang tampaknya cocok untuk para introvert atau mahasiswa yang ingin fokus mengerjakan tugasnya sendiri. Ada juga kantin, loker, toilet dan mushola yang tersedia di setiap lantai, ruangan yang biasanya digunakan untuk melaksanakan kegiatan/seminar, juga spot bermain anak/balita. Waktu buka Perpus dari Hari Senin-Jum`at (08.00 pagi sampai 08.00 malam). Di hari Sabtu, buka sampai jam 12.00 siang. @perpustakaan_ugm Pe