"Duka Ini, Duka Kita"
Semenjak bencana melanda kota Palu 28 Oktober 2018 silam, kini Palu punya banyak keluarga baru. Tak hanya berasal dari dalam negeri, bahkan hingga ke luar negeri. Doa, dukungan, bantuan materi hingga relawan tak henti-hentinya mengalir ke kota ini. Ada begitu banyak orang yang peduli. Duka yang dirasakan oleh masyarakat kota Palu, seakan juga menjadi duka bangsa dan dunia.
Saya masih ingat ketika hari ke dua pasca bencana, di lokasi pengungsian, saat itu jaringan beberapa saat bagus, saya menerima sms masuk yang bertubi-tubi menanyakan kabar dan menawarkan bantuan.
"Ka suci gimana ka? Kami sangat khawatir disini tolong berkabar yah ?"
"Miss gimana disana miss, baik-baik sajakan ?"
"Suci saya dari baznas, ini kontak teman di lapagan yang bisa kamu hubungi saat butuh sesuatu, saya juga akan coba bantu dari sini"
Bahkan ada kontak-kontak baru yang pun tak saya ketahui menanyakan kabar dan bantuan. Dan saya yakin bukan hanya saja yang merasakan hal ini.
Hari ke tiga pasca bencana, jaringan internet sesekali pun mulai membaik. Puluhan chat masuk menanyakan hal yang sama. Memberikan kekuatan untuk bisa bangkit. Di tambah dengan grup-grup baru yang memang khusus dibuat untuk penanggulangan bencana kota Palu. Tiap daerah seolah saling bersaing untuk menunjukkan kepeduliannya. Begitu pun dari luar negeri. Mondar-mandir pesawat tak henti-hentinya mengitari langit kota Palu untuk membawakan bantuan. Alat-alat canggih di datangkan untuk evakwasi dan menjernihkan air yang siap di minum. Para peneliti dan ahli siap berkontribusi dan berkolaborasi dengan pemerintah dan tim relawan lainnya. Membentuk berbagai program pasca bencana. Healing trauma hingga pencanangan relokasi tempat tinggal penduduk.
Ada satu hal yang cukup mengherankan disini. Mereka yang memberi bantuan sama sekali tak di bayar, namun mereka tetap datang dan membantu kota kami. Katanya, mereka datang karena asas kemanusiaan dan keikhlasan. Karena pilu melihat kami yang sedih dan menderita. Mereka ingin agar kami kembali mengukir senyum yang sempat sirna. Kini mereka telah menjadi keluarga baru kami.
Terima kasih yang tak terkira atas kesejukan hati kalian. Berlelah-lelah menjual dan berbagi rezeki untuk bisa mengumpulkan uang agar kami bisa makan dan berteduh dengan layak disini. Meninggalkan kasur empuk kalian untuk datang di tempat yang kurang air, makanan, dan tak nyaman. Awalnya kami tak paham, bagaimana bisa ada orang yang sama sekali tak kami kenal, namun megitu percaya untuk mengulurkan tangannya dan memelum kami. Dan lambat laun kami paham, bahwa itulah arti dari nama "K-E-L-U-A-R-G-A."
Terima kasih sudah menjadi Keluarga Baru untuk Kota Palu 😇
Komentar
Posting Komentar