"Mudik. Momen dimana orang kampung dirindukan oleh orang kota"
Pulang kampung atau biasa disebut mudik sering kita jumpai khusunya dihari libur panjang. Para penghuni kota yang memiliki kampung ramai-ramai balik ketempat kelahirannya guna melepas rindu bersama sanak keluarga. Tak terkecuali diriku. Yah, akupun seorang anak rantau yang pergi ke kota untuk menuntut ilmu. Dan kini saatnya aku kembali pulang. Setidaknya sebelum kuliah dimulai, kerinduan bertemu dan mencicipi masakan ibu bisa tercapai.
Kampungku terletak di Desa Ogomoli, Kecematan Galang, Kabupaten Tolitoli. Rumahku berada di piggiran pantai. Tepat dibelakang rumahku ada sebuah pohon kelapa yang tak begitu tinggi, sehingga buahnya dapat langsung dipetik. Menikmati birunya langit, cerahnya matahari, dan deburan ombak. Menjadi ritual wajib sebelum kembali ke kota dengan berbagai rutinitas disana.
Selain pemandangan itu, ada satu tempat lagi yang membuatku merasa paling nyaman. Yakni kamarku. Ah...akhirnya aku bertemu lagi dengan kasur empukku. Tempat yang selalu bisa membuatku terlelap dan lupa segalanya.
Semenjak keberangkatanku mudik, teman-teman yang lain pun satu per satu menyusul menuju kampung halaman mereka sendiri. Semenjak itu pun kota mulai sepi, karena ditinggal para perantau. Grup - grup chat mulai rame dengan ucapan "selamat mudik", "hati-hati di jalan", "fii amanillah". Dan ada juga beberapa pertanyaan chat yang membuatku tertawa, seperti "di kampumu ada jaringan ?" dan "kapan balik ?". Dua pertanyaan ini menurutku aneh tapi cukup menggelitik. Entahlah, memang mungkin kampung selalu identik dengan daerah pelosok dan terpencil, sehingga orang berpikir bahwa jaringan pun tidak ingin masuk kesana haha. Tapi, aku bersyukur. Aku tidak mesti keluar rumah atau naik ke gunung untuk mendapat signal. Karena di kampungku pun sudah mendukung layanan 4G, meskipun belum sampai diseluruh desa.
"Kapan balik ?". Pertanyaan yang mebuatku berpikir dua hal. Mereka rindu. Atau karena ada tugas dan tanggungjawab yang harus segera ku selesaikan di kota. Dan jawabannya lebih banyak tertuju pada alasan kedua haha.
Oh ia. Aku hampir lupa menceritakannya. Kampungku waktu lalu terkena bencana banjir. Namun, kondisi sekarang sudah cukup baik. Namun, tetap harus berhati-hati, karena sedang rawan longsor. Para pengendara pun harus pelan-pelan saat hujan, karena jalanan licin bercampur lumpur. Begitu pun ketika matahari bersinar terik. Aku harus memastikan diriku menggunakan masker, bila tak ingin menghirup debu yang tersebar dimana-mana. Aku hanya bisa berharap dan berdoa, kampungku tak lagi terkena bencana agar bisa menikmati hari kemenangan yang tinggal menghitung hari dengan khusyu dan khitmat. Amin...
--------------
Sepenggal cerita tentangku dan kampungku . Tak banyak yang bisa ku ceritakan. Tak banyak pun tempat yang bisa ku explore layaknya MTMA menyajikan tempat keren disetiap sudut daerah yang mereka kunjungi. Tapi, akan ada waktunya saya akan menulis tempat-tempat dengan pemandangan indah dan kekayaan alam kampungku tercinta.
#RamadhanChallange
#30DWB
#NulisRundom2017
#H-3
Komentar
Posting Komentar